Quantcast
Channel: Gerbang Pulau Madura
Viewing all 333 articles
Browse latest View live

Asal Usul Budaya Kerapan Sapi Madura

$
0
0
Kerapan Sapi Madura sudah banyak dikenal oleh masyarakat lokal, nasional bahkan internasional. Mereka rela datang dari jauh hanya ingin menjadi saksi kehebatan pasangan sapi dan joki beradu kecepatan di arena balap seperti alun-alun yang telah disiapkan sebelumnya. Terdapat beberapa macam lomba kerapan sapi seperti Tingkat Desa, Tingkat Kecamatan, Tingkat Kabupaten hingga Piala Presiden yang menjadi ajang prestisius bagi para pemilik sapi.

Di Bangkalan sendiri biasanya Kerapan Sapi ini dilakukan di Lapangan Skeep atau Stadion R.P Moh. Noer dan di Pamekasan terletak di Stadion R. Soenarto Hadiwidjojo. Piala Presiden lebih sering diadakan di Pamekasan dan biasanya rentetan dengan acara "Semalam di Madura" dengan menampilkan acara Kebudayaan Daerah seperti Tari Khas Madura dan lain sebagainya dengan mengundang para pejabat.

ASAL USUL DAN SEJARAH MENGENAI KERAPAN SAPI MADURA


Kerapan Sapi Madura telah menjadi kebudayaan orang Madura sejak jaman dahulu. Kebiasaan memacu binatang peliharaan di arena memang sudah menjadi kegemaran penduduk Madura sejak dahulu kala. Di Madura tidak hanya hewan peliharaan sapi yang diadu cepat, tetapi juga kerbau seperti yang terdapat di Pulau Kangean. Adu cepat kerbau itu disebut “mamajir”. Sapi atau kerbau yang adu cepat itu, dikendarai oleh seorang joki yang disebut tukang tongko. Tukang tongko tersebut berdiri di atas “kaleles” yang ditarik oleh sapi atau kerbau pacuan.

Kerapan Sapi Madura
Kerapan Sapi Madura Piala Kapolda Jatim 2011

Pengertian dan Asal Mula

Bagi orang Madura, pengertian kata kerapan adalah adu pacu sapi memakai kaleles. Perkaitan kerapan diartikan sebagai adu/pacuan sapi karena pacuan binatang lain seperti kerbau tidak disebut kerapan, tetapi mamajir. Oleh sebab itu tidak pernah dikenal istilah kerapan kerbau.

Kata Kerapan berasal dari kata Kerap atau Kirap yang artinya berangkat dan dilepas bersama-sama atau berbondong-bondong. Ada pula anggapan lain yang menyebutkan bahwa kata kerapan berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti persahabatan. Dalam pengertiannya yang umum sekarang kerapan adalah suatu atraksi lomba kecepatan sapi yang dikendarai oleh joki dengan menggunakan kaleles.

Lahirnya kerapan sapi di Madura nampaknya sejalan dengan kondisi tanah pertanian yang luas di Madura. Tanah-tanah pertanian itu dikerjakan dengan bantuan binatang-binatang peliharaan seperti sapi dan kerbau. Karena banyaknya penduduk yang memelihara ternak, maka lama kelamaan muncullah pertunjukan kerapan sapi.

Ada dugaan bahwa kerapan sapi sudah ada di Madura sejak abad ke 14. Disebutkan ada seorang kyai bernama Kyai Pratanu pada jaman dulu yang telah memanfaatkan kerapan sapi sebagai sarana untuk mengadakan penjelasan tentang agama Islam. Oleh sebab itu ajaran-ajarannya yang filosofis dihubungkan dengan posisi sapi kanan (panglowar) dan sapi kiri (pangdalem) yang harus berjalan seimbang agar jalannya tetap “lurus”, agar manusia pun dapat berjalan lurus.

Cerita lain mengatakan, pada abad ke-14 di Sapudi memerintahkan Panembahan Wlingi. Ia banyak berjasa dalam menanamkan cara-cara berternak sapi yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya, Adi Poday. Sang putra lama mengembara di Madura daratan dan ia memanfaatkan pengalamannya di bidang pertanian di Pulau Sapudi sehingga pertanian semakin maju.

Karena pertanian sangat maju pesat, maka dalam menggarap lahan itu para petani seringkali berlomba-lomba untuk menyelesaikan perkerjaannya. Kesibukan berlomba-lomba untuk menyelesaikan pekerjaan itu akhirnya menimbulkan semacam olahraga atau lomba adu cepat yang disebut karapan sapi.

Kerapan Sapi Madura Tingkat Kabupaten Sumenep 2014
Kerapan Sapi Madura Tingkat Kabupaten Sumenep 2014

Berbagai macam “Kerapan Sapi”


Di Madura dijumpai beberapa macam “kerapan sapi” yang memberikan klasifikasi kepada jenis dan kategori peserta karapan tersebut. Berbagai macam karapan sapi itu adalah sebagai berikut:

Kerap Keni’ (Kerapan Kecil)


Kerapan jenis ini diadakan pada tingkat kecamatan atau kewedanaan. Para peserta adalah yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Sapi kerap dari luar tidak diperbolahkan turut serta. Jarak tempuh hanya 110 meter. Dalam kategori ini yang diutamakan adalah kecepatan dan lurusnya. Kerap keni ini biasanya diikuti oleh sapi-sapi kecil dan baru belajar. Pemenangnya merupakan peserta untuk mengikuti kerap raja.

Kerap Rajha (Kerapan Besar)


Kerapan besar ini disebut juga kerap negara, umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Ukuran lapangan 120 meter. Pesertanya adalah juara-juara kecamatan atau kewedanaan.

Kerap Onjhangan (Kerapan Undangan)


Kerapan undangan adalah pacuan khusus yang diikuti oleh peserta yang diundang baik dari dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Kerapan ini diadakan menurut waktu keperluan atau dalam acara peringatan hari-hari tertentu.

Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)

Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesdenan diadakan di kota Pamekasan pada hari Minggu, merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

Kerap jhar-ajharan (kerapan latihan)


Kerapan latihan tidak tertentu harinya, bisa diadakan pada setiap hari selesai dengan keinginan pemilik atau pelatih sapi-kerap itu. Pesertanya adalah sapi lokal.

Persyaratan sapi-kerap tidaklah banyak, asalkan sapinya kuat dan diberi makanan yang cukup, dilatih lari, dipertandingkan dan diiringi dengan musik saronen. Konon beberapa pemilik sapi-kerap juga melengkapi kehebatan sapinya dengan menggunakan mantra-mantra serta sajian tertentu. Sesungguhnya hal ini tidak dibenarkan dalam aturan sebuah lomba atau kerapan.

Pelaksanaan Kerapan


Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan, berparade agar dikenal. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi karena sudah ditambatkan, juga merupakan arena pamer akan keindahan pakaian/hiasan sapi-sapi yang akan berlomba. Sapi-sapi itu diberi pakaian berwarna-warni dan gantungan-gantungan genta di leher sapi berbunyi berdencing-dencing. Setelah parade selesai, pakaian hias mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.

Maka dimulailah babak penyisihan, yaitu dengan menentukan klasemen peserta, peserta biasanya pada babak ini hanya terpacu sekedar untuk menentukan apakah sapinya akan dimasukkan “papan atas” atau “papan bawah”. Hal ini hanyalah merupakan taktik bertanding antarpelatih untuk mengatur strategi.

Selanjutnya dimulailah ronde penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam ronde-ronde ini pertandingan memakai sistem gugur. Sapi-sapi kerap yang sudah dinyatakan kalah tidak berhak lagi ikut pertandingan babak selanjutnya.

Dalam mengatur taktik dan strategi bertanding ini masing-masing tim menggunakan tenaga-tenaga trampil untuk mempersiapkan sapi-sapi mereka. Orang-orang itu dikenal dengan sebutan:

(1) Tukang Tongko’:  joki yang mengendalikan sapi pacuan;

(2) Tukang Tambeng: orang yang menahan kekang sapi sebelum dilepas;

(3) Tukang Gettak: orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba sapi itu melesat bagaikan abak panah ke depan;

(4) Tukang Tonja: orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi agar patuh pada kemauan pelatihnya;

(5) Tukang Gubra: anggota rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapinya dari tepi lapangan. Mereka tidak boleh memasuki lapangan dan hanya sebagai suporter.

Demikian sekilas tentang Kerapan Sapi di Madura yang sudah merupakan acara hiburan tradisi yang masih lestari sebagai konsumsi wisatawan, tetapi juga telah membawa akibat positif bagi masyarakat Madura di bidang ekonomi, kreatifitas budaya dan sekaligus juga telah melestarikan penghargaan masyarakat terhadap warisan budaya nenek moyang.

Tulisan ini diambil dari :

Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1991. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Potensi Wisata Air Terjun Desa Durjan | Kokop | Bangkalan

$
0
0
Potensi Wisata Air Terjun di desa Durjan, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan - Madura

Sebelum TreTans bercerita panjang lebar mengenai Air Terjun di Desa Durjan, Kokop, Bangkalan - Madura, TreTans akan menjelaskan Proses Pembentukan hingga terjadinya Air Terjun. Ya lumayan buat nambah pengetahuan.

Asal Mula, Proses Terjadinya Air Terjun


Pembentukan Air terjun biasanya berawal dari sungai yang masih muda. Pada saat itu, saluran sungai sering mengalami penyempitan dan erosi. Ketika jalur sungai mengalami resistensi pada lapisan tanah kerasnya, erosi pun terjadi dan bergerak secara perlahan-lahan.

Hasilnya, peningkatan kecepatan di tepi air sungai terbentuk dan bergerak bersama beberapa materi dari palung sungai. Pusaran air menghasilkan gerakan berputar bersama pasir dan bebatuan pada anak sungai. Sesaat kemudian, kapasitas erosi mengalami peningkatan.

Kejadian tersebut menyebakan peningkatan kecepatan air sungai terjadi dan membentuk arus yang lebih cepat ke arah bawah menuju ke dasar sungai. Seiring dengan waktu, air sungai tersebut perlahan-lahan membentuk ngarai atau jurang pada hilir sungai. Nah, proses tersebut –lah yang akan menghasilkan air terjun. Biasanya, air terjun akan terbentuk setinggi satu setengah meter per tahunnya.

Setelah itu, akibat makin tingginya tebing pada hilir sungai. Maka arus sungai yang jatuh ke dasar pun mengalami peningkatan kecepatan. Peningakatan kecepatan tersebut menambahkan tekanan ke arah blok batu di dasar air terjun. Gerakan tersebut mengikis, menggesek dan memecah berbagai bebatuan serta tanah keras.

Formasi tersebut mengarahkan pembentukan gua dangkal untuk menampung berbagai materi dan air yang jatuh. Terjadilah pengikisan dasar air terjun oleh abrasi. Akibat proses tersebut, terbentuk kolam renang yang dalam atau sering disebut ngarai (ngarai, kalau tidak salah).atau plunge pool
Sumber: http://id.shvoong.com/

Pencarian Informasi keberadaan Air Terjun Desa Durjan


Malem Jumat sekitar pukul 20.oo wib, TreTans dan Garuda nongkrong sambil melototin laptop masing-masing di Warung Unix deket Alun-Alun Kota Bangkalan sambil bercerita dan mengatur jadwal untuk melakukan ekspedisi selanjutnya. TreTans berencana ingin mendatangi tempat wisata yang ada di Pamekasan yang katanya ada Pemandian Air Belerang dan Pantai Talang Siring, berhubung tempatnya yang rada jauh, jadi diundur untuk waktu yang belum ditentukan. Kemudian TreTans bercerita tentang Air Terjun di daerah Desa Durjan Kecamatan Kokop yang TreTans sendiri mendapatkan informasinya dari teman yang sudah pernah sampai ketempat itu. Sang Garuda kemudian merespon dan sedikit basa-basi langsung menghubungi temannya via Hape yang kebetulan bekerja di Puskesmas Kecamatan Kokop. Garuda meminta temannya untuk menanyakan perihal keberadaan Air Terjun didaerah Desa Durjan. Selang beberapa saat kemudian ada kabar dari dia bahwa memang ada Air Terjun didaerah Durjan. Kemudian kita memutuskan untuk mengunjungi tempat tersebut keesokan harinya.

Menuju Lokasi Potensi Wisata Air Terjun Daerah Durjan


Hari Sabtu, tanggal 17 Maret 2012 sekitar jam 12.00 wib, kami bertiga berangkat menuju Kecamatan Kokop menggunakan sepeda motor. Untuk mencapai daerah Kokop, kami melalui Kecamatan Tanjung Bumi yang sebelumnya daerah Tanjung Bumi telah dieksplorasi keindahan Pantainya yaitu Pantai Siring Kemuning. Sesampai di Tanjung Bumi, sekitar kurang lebih 1 Kilometer dari jalan menuju Pantai Siring Kemuning tepatnya di pertigaan jalan, kami ke kanan menuju arah selatan dimana arah tersebut merupakan akses untuk mencapai daerah Kokop.

Rintik Hujan menemani dan kami berteduh disalah satu gubuk ketika air hujan mulai deras. Di Gubuk tersebut kami berbicara dengan salah satu penduduk yang kebetulan juga berteduh ditempat itu, perihal daerah Kokop yang menurut Beliau tempatnya masih jauh serta jalanan yang relatif rusak. Tak lama kemudian hujan mulai sedikit reda dan kamipun bergegas untuk segera menjemput teman kami yang bekerja di Puskesmas Kokop. Setelah menjemput mereka berdua, perjalanan dilanjutkan menuju salah satu rumah bidan yang kebetulan salah satu teman kami yang bekerja di Puskesmas Kokop mengenal beliau. Jarak dari Puskesmas ke tempat beliau sekitar 25 Kilometer, itupun melalui beberapa jalanan yang cukup terjal ditambah genangan air dan lumpur hingga sedikit menyulitkan ekspedisi kami.

Sekian lama perjalanan dari Puskesmas, kamipun sampai di rumah bidan itu. Senyum merekah serta ucapan manis terpancar dari keluarga Bu Bidan, Kamipun disambut bak keluarga sendiri dan kamipun bercengkrama sejenak kemudian melanjutkan menuju lokasi wisata Air Terjun sambil menitipkan salah satu sepeda motor kami yang pada saat itu mogok ketika akan dibawa ke lokasi air terjun. Perjalanan menuju lokasi air terjun-pun dimulai, kami dipandu oleh anak kecil yang berpakaian layaknya seorang ustad yang diutus oleh bu Bidan untuk menemani kami ke lokasi air terjun. (Anak kecil itu sebetulnya mau pergi menuntut Ilmu Agama alias Madrasah, berhubung katanya sang Ustad tidak hadir, jadi libur).

Perjalanan sejenak menggunakan sepeda motor, kamipun berhenti disebuah rumah yang mirip bengkel yang dalam keadaan terkunci. Ditempat itulah kami menitipkan sepeda motor dan kami melanjutkan dengan berjalan kaki untuk menuju lokasi itu. disetiap perjalanan yang kami lalui, terhampar padi yang cukup indah serta penataannya yang bagus. tak lupa kami mengabadikan pemandangan indah tersebut.

Sekian lama perjalanan menurun dan menanjak, melewati hamparan sawah serta sungai, TreTans beserta teman-teman mendengar suara gemuruh air yang berarti sebentar lagi kami akan sampai di lokasi tempat adanya Air Terjun yang jarang sekali diketahui oleh masyarakat luas itu.

Akhirnya kami sampai di lokasi Air Terjun desa Durjan, benar-benar Air Terjun yang sangat memukau dibanding Air Terjun Toroan yang adanya di Kabupaten Sampang meskipun TreTans melihat hanya melalui foto-foto didunia maya. Kamipun mengabadikan tempat itu melalui berbagai macam sisi untuk kemudian di Ekspose ke Dunia Maya salah satunya website PulauMadura.com ini.


Dokumentasi Wisata Air Terjun Desa Durjan
Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan - Madura


JANGAN LUPA DIKLIK GAMBAR-NYA UNTUK MEMPERBESAR BIAR PUAASSS!!





Berteduh digubuk sebelum melanjutkan perjalanan

Memasuki Kecamatan Kokop



Pemandangan saat perjalanan

Dilarang buang air besar
Apa yang TreTan pikirkan? :)


Jalan penuh bebatuan
Jalan menuju rumah Bu Bidan yang penuh bebatuan

Rumah Bidan desa Durjan Kecamatan Kokop
Sampai dirumah Bu Bidan

Menuju Air Terjun desa Durjan Kecamatan Kokop
Diantar Bu Bidan menuju tempat parkir sepeda motor

Menuju tempat Air Terjun Kokop Bangkalan Madura
Jalanan menuju tempat parkir sementara, bagus kan?


Parkir Sepeda Motor Kokop Bangkalan
Numpang Parkir di salah satu Toko Service Sepeda Motor

Jalan kaki menuju Air Terjun Kokop
Saatnya jalan kaki sambil menikmati indahnya padi

Hamparan Padi desa Kokop
Hamparan padi menuju air terjun terindah

Mengabadikan Indahnya Hamparan Padi Desa Kokop
Mengabadikan Indahnya Hamparan Padi di Desa Kokop


Hamparan Padi Desa Durjan
Hamparan Padi yang sangat bagus

Sang Guide Ustad Cilik Desa Durjan
Sang Ustad Cilik terus mengawal kami menuju Air Terjun

Air Terjun Desa Durjan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan
Nah, ini dia Air Terjun Desa Durjan itu

Air Terjun desa Kokop
Saatnya mengabadikan moment dari berbagai sudut


Air Terjun Desa Durjan Kokop Bangkalan Madura
Jeprett..


Dinding Air Terjun Desa Durjan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan
Dinding batu Air Terjun Ghrubugan.. bagus banget..

Salah satu dinding Air Terjun Desa Kokop Kecamatan Bangkalan
Salah satu dinding batu air terjun


Potensi Wisata Air Terjun Desa Durjan Kecamatan Kokop - Madura
TreTans dan Garuda mengabadikan dari sisi tebing air terjun

Air Terjun di Bangkalan - Madura
Jepprettt..

Dinding air terjun bangkalan madura
Juragan TreTans.. he he..


LOKASI / PETA DIGITAL MENUJU AIR TERJUN KOKOP


Berikut adalah letak peta digital melalui Google Map serta jarak yang ditempuh untuk mencapai lokasi:




Kesimpulan TreTans:


Air Terjun Durjan Potensi Wisata Kabupaten Bangkalan yang layak untuk di Promosikan



Harapan TreTans:
semoga Potensi Air Terjun Desa Durjan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan - Madura di rawat dan dilestarikan untuk menambah daya tarik serta menjadi andalan pariwisata di Kabupaten Bangkalan. AAAMMMMMMMIIIINNNNN



Pemberitahuan:
Bahwa Pemberitaan Air Terjun Desa Durjan Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan - Madura di Website PulauMadura.com merupakan PERTAMA KALINYA MUNCUL  SERTA DIPROMOSIKAN DI DUNIA MAYA. ;)



Sekian Dokumentasi Ekspedisi Potensi Wisata Air Terjun Desa Durjan, Kecamatan Kokop, Kabupaten Bangkalan - Madura yang jaraknya sekitar 65 Kilometer dari Kota Bangkalan. Jika kalian mau gabung atau usul ada tempat yang perlu untuk kita datangi [Tim Ekspedisi Madura] Gabung di Group Facebook Tim Ekspedisi Madura:

Maaf jika ada salah kata dan sampai jumpa lagi di Ekspedisi selanjutnya.. ;)

Indahnya Wisata Pantai Slopeng di Kabupaten Sumenep - Madura

$
0
0
Keindahan Wisata Pantai Slopeng, Sumenep, Madura Pernahkah Anda ke Madura untuk berwisata? Ke mana saja nih ceritanya? Bangkalan? Sampang? Pamekasan? Atau Sumenep? Nah, kali ini PulauMadura.com akan berbagi tentang salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Sumenep.

Sebagai pulau yang dikelilingi lautan, wisata apa lagi kalau bukan bahari. Ya, Sumenep memang memiliki banyak objek wisata bahari. Sebagian sudah dibangun infrastrukturnya, sebagian lagi masih alami, semisal di Gili Labak. Jangan khawatir, akses ke pantai yang akan kita bahasa kali ini sudah tergolong lumayan bagus dan, yang terpenting, tidak perlu menyeberang lautan karena berada di daratan Sumenep. Apa nama pantai itu? Slopeng! Nah, kenal kan? Kalau Anda googling, tulisan yang membahasnya sudah banyak. Tapi tak ada salahnya saya akan membahas lagi di sini. Hitung-hitung juga sebagai penambah referensi.

Letak Pantai Slopeng berada di Kecamatan Dasuk, Sumenep. Jarak dari jantung Kota Sumenep sekitar 21 Km ke arah barat laut. Atau sekitar 180-an Km dari Suramadu. Waktu tempuh dari Suramadu ke Pantai Slopeng sekitar 5-6 jam. Jika berangkat dari arah barat Madura, selain jalur selatan, Anda juga bisa melewati jalur sisi pantai utara (pantura). Lewat jalur tersebut waktu tempuhnya bisa lebih cepat, karena tidak perlu memutar ke pusat kota Sumenep sekaligus relatif sepi kendaraan.

Tapi, ini khusus yang membawa kendaraan sendiri. Kalau ikut angkutan umum, sebaiknya tidak menempuh jalur ini karena di situ minim angkutan umum. Tampaknya, pantai daratan Sumenep yang indah selalu ada di bagian utara. Selain pantai Slopeng ada juga pantai Lombang . Di bagian selatan kebanyakan sedikit pasirnya, hanya batu karang yang menghampar.

Foto Pantai Slopeng Sumenep Madura Jawa Timur
Pantai Slopeng Sumenep (lulusandika.blogspot.com)

Pantai Slopeng terkenal dengan gundukan-gundukan pasirnya yang indah. Pasir-pasir putih terhampar sepanjang 6 kilometer. Dari atas gunungan pasir, kita bisa menikmati keindahan pantai sambil duduk-duduk santai di atas gazebo. Dari situ pula kita bisa menyaksikan beberapa fasilitas seperti kuda-kuda yang lalu lalang dikendarai oleh pengunjung yang menyewanya atau menyaksikan sampan-sampan nelayan yang sedang mencari ikan.

Sebagaimana di Lombang, pantai Slopeng juga memiliki cemara udang. Namun, jumlahnya tidak sebanyak di Lombang. Selain cemara, ada juga jejeran pohon kelapa dan siwalan. Pohon-pohon tersebut menambah indah suasana pantai. Bagi pengunjung yang membawa anak kecil, di situ sudah disediakan arena bermain. Ada ayunan, seluncuran, dll. Jadi, selain bisa bermain di pasir, mereka juga bisa memanfaatkan arena bermain ini.

Di situ juga sudah banyak orang yang menjual makanan Khas Madura, semisal rujak, degan, soto, dll. Anda tidak perlu khawatir kelaparan.  Oya, pada hari-hari tertentu, semisal lebaran ketupat (tujuh hari setelah lebaran Idul Fitri), di tempat tersebut biasanya ada hiburan rakyat, berupa pertunjukan musik dangdut. Artis-artis ibukota diundang untuk menghibur pengunjung. Acara ini sudah seakan menjadi ritual tahunan. Karenanya, di situ sudah dibangun pentas permanen untuk arena pertunjukan.

PETA DIGITAL MENUJU PANTAI SLOPENG DARI ARAH SURABAYA - JEMBATAN SURAMADU

Wisata Pantai Slopeng Sumenep Madura

Pada hari-hari biasa, pantai ini tergolong sepi, mungkin karena kurang promosi. Namun, suasana sepi tersebut justru membuat pantai ini enak untuk menyegarkan pikiran yang suntuk. Tak ada karcis masuk untuk hari-hari biasa. Namun pada hari libur, pengunjung biasanya dikenai karcis sebanyak Rp. 5.000. Tertarik berkunjung? Silahkan

Wisata Pantai Talang Siring di Kabupaten Pamekasan

$
0
0
Para pembaca PulauMadura.com, kali ini pembahasannya masih seputar wisata pantai. Sebelumnya sudah dibahas tentang Pantai Slopeng, Sumenep, sekarang kita akan meluncur ke kebupaten di sebelah barat Sumenep, yaitu Pamekasan. Tepatnya di Desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Pantai Talang Siring, begitulah namanya. Jaraknya sekitar 15 Km dari pusat kota Pamekasan.

Bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit dengan kendaraan pribadi. Jika TreTan berangkat dari kota Pamekasan menggunakan angkutan umum, ongkos ke pantai ini berkisar antara Rp 3.000-4.000. TreTan juga tak perlu khawatir kesasar karena kebanyakan sopir angkutan umum sudah mengenalnya. Pantai ini juga agak berdekatan dengan batas wilayah bagian barat Kabupaten Sumenep, sekitar 1 Km dari pintu gerbang kabupaten.

Pantai Talang Siring merupakan pantai dari laut selatan Madura. Sebagaimana telah disebutkan pada tulisan sebelumnya, bahwa karakter pantai di bagian selatan Sumenep jarang berpasir, maka pantai ini juga memiliki karakter yang sama. Mungkin karena berdekatan dengan Sumenep. Bagi Anda yang mau mencebur ke laut, sebaiknya hati-hati karena khawatir kena batu karang.

Apa destinasi wisata yang ditawarkan pantai ini? Sebagaimana lumrahnya wisata bahari, maka yang menjadi daya tariknya adalah panorama pantai yang indah. Dari bibir pantai kita bisa menyaksikan lanskap pemandangan pantai berhias sampan-sampan para nelayan pencari ikan, atau menyaksikan rimbunnya mangrove yang hijau. Di bagian timur pantai ada jejeran rumah bagang yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Rumah bagang ini menjadi daya tarik tersendiri karena konstruksinya yang unik, seperti rumah panggung yang terbuat dari pohon bambu.

Wisata Pantai Talang Siring Pamekasan - Madura - Jawa Timur

Pantai ini sangat cocok untuk liburan melepas kepenatan. Aksesnya cukup mudah karena berada di dekat jalur utama jalan Kamal-Kalianget. Pantainya persis berada di pinggir selatan jalan, sehingga dari dalam kendaraan bisa terpantau. Karena aksesnya yang mudah, pantai ini selalu ramai. Anak-anak muda seringkali datang ke sana untuk menikmati keindahannya. Mereka kadang rombongan dari sebuah komunitas. Pengunjung lainnya berasal dari pejalan jauh yang ingin sekadar istirahat sebentar di tempat tersebut.

Dua tahun terakhir pantai Talang Siring mendapat kucuran dana dari pemerintah. Beberapa infrastruktur telah dibangun untuk mendukung kenyamanan dan keindahannya. Kini sudah ada mushalla, toilet, kantor, lahan parkir, tempat duduk-dukuk, dll. Namun, sayang sekali belum ada fasilitas penginapan. Bagi Anda yang mau menginap, sebaiknya membawa tenda atau bisa menumpang ke rumah warga yang ada di sekitar pantai.

Di Pantai Talang Siring juga sudah banyak orang berjualan. Tidak perlulah Anda berat-berat membawa makanan dari rumah. Terlebih lagi, di sini ada kuliner khas bernama Rujak Lumpur Lapindo. Warung rujak ini selalu diserbu pengunjung, terutama saat hari libur. Mereka ingin menikmati sensasi rujak yang secara bahan sebenarnya tak jauh beda dengan rujak pada umumnya. Bedanya, ada di rasa. Rasa yang beda inilah yang membuat Rujak Lumpur Lapindo banyak penggemarnya.

PETA DIGITAL GOOGLE MAPS DARI ARAH SURABAYA - JEMBATAN SURAMADU MENUJU PANTAI TALANG SIRING - PAMEKASAN

Peta Lokasi menuju Pantai Talang Siring Pamekasan

Untuk bisa menikmati pantai ini, Anda tidak perlu membeli karcis. Jadi, Anda bebas keluar-masuk sesuka Anda. Berikut beberapa tips yang bisa kami bagikan kepada Anda untuk mengunjungi pantai ini:
1. Jika Anda kurang terbiasa dengan panas pantai, sebaiknya bawa topi dan sunblock agar kulit Anda tetap terjaga.
2. Kalau mau menginap, bawalah tenda karena di situ tak ada penginapan ataupun hotel.
3. Jangan lupa bawa kamera, ponsel, dll, untuk merekam momen di pantai ini.
4. Jika ingin mencebur ke laut, jangan lupa pakai sandal biar kaki agar tidak menginjak karang.

Sekian dulu review pantai Talang Siring. Semoga bisa membantu TreTan.

Galeri Foto Wisata Pemandian Kolam Renang Aeng Guweh Pote Jaddih

$
0
0

Foto Wisata Alam Pemandian Kolam Renang Batu Kapur


Selang beberapa hari dibukanya Pemandian Kolam Renang Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan, Kemarin (30/12) kami dari Tim PulauMadura.com mengunjungi tempat wisata yang cukup unik dan menarik itu untuk mengetahui keadaann Kolam Renang yang konon satu-satunya didunia Kolam Renang yang terdapat di Bukit Kapur dan Air bersumber langsung dari kolam itu.

Banyak pengunjung yang datang untuk sekedar berfoto atau berenang ditempat itu, beberapa fasilitas seperti ruang ganti, perosotan, ember air raksasa ditengah kolam dan lain sebagainya. Tempat parkir sepeda motor berada di area kolam itu tepatnya dibekas galian tambang Batu Kapur.

Warna air cukup unik dikarnakan tidak bening seperti biasanya namun berwarna hijau, tidak ada efek negatif dari berubahnya air dikolam dan tetap aman untuk anak-anak ataupun orang dewasa.

Dibeberapa tempat masih terlihat beberapa pekerja yang membenahi area sekitar Kolam seperti tembok, tambahan bangunan untuk ruang ganti dan lain sebagainya.

Berikut adalah beberapa hal yang kami dapatkan ketika berkunjung ke Kolam Renang "Aeng Guweh Pote" / "Air Gua Putih":

1. Untuk masuk kedalam lokasi kolam renang, kita hanya membayar uang Rp. 2.000 itupun digunakan sebagai parkir sepeda motor.
2. Selain sepeda motor, kendaraan seperti Mobil bisa mencapai lokasi dan telah disediakan parkir.
3. Jalan akses terbaik adalah lewat Pelabuhan Ujung Surabaya - Menuju Bilaporah, Socah.
4. Hanya terdapat 1 warung kecil yang biasanya untuk istirahat para buruh/supir pengangkut batu kapur letaknya diatas kolam dan di sekitar kolam hanya ada lapak kecil yang menjual beberapa camilan.
5. Disarankan untuk berenang pada Pagi atau menjelang Sore hari.

Baca Juga:Potensi Wisata Kolam Air Alami Desa Jaddih - Bangkalan

Lokasi Gambar Kolam Renang dari Pelabuhan Perak Surabaya - Pelabuhan Ujung Kamal menuju Kolam Renang "Aeng Guweh Pote"




Galeri Foto Pemandian Kolam Renang "Aeng Guweh Pote" Desa Jaddih, Kecamatan Socah - Kabupaten Bangkalan.


Kolam Renang Aeng Guweh Pote Desa Jaddih

Tempat Parkir Kolam Renang Desa Jaddih
Nama Kolam Renang Jaddih Aeng Guweh Pote








Foto Perosotan Kolam Batu Kapur Jaddih
Salah satu sisi Pemandian Kolam Renang Jaddih







Fasilitas Pemandian Air Kolam Batu Kapur
Tempat Teduh di Kolam Renang Desa Jaddih
















anak anak bermain di perosotan kolam renang jaddih batu kapur
Suasana Kolam Renang Desa Jaddih Socah

Daftar Penginapan & Hotel di Kabupaten Bangkalan

$
0
0
Info tentang Penginapan dan Hotel di Bangkalan

Bangkalan merupakan Kabupaten paling Barat Pulau Madura yang terdapat banyak tempat wisata serta yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. Wisata ini terdiri dari Wisata Alam, Wisata Religi, Budaya serta Tradisi yang masih dijalani hingga saat ini. Seperti Aduan Kerapan Sapi yang sudah terkenal dimana-mana dan masuk dalam daftar wisata yang wajib ditonton untuk melihat ketangkasan sapi yang beradu kecepatan di lapangan.

Selain itu ada juga Lapangan Sepak Bola atau Stadion Gelora Bangkalan yang sering digunakan untuk laga lokal maupun kelas Nasional. Nah, bagi para turis luar Bangkalan ataupun Luar Madura untuk melihat kedua event penting itu tentunya dibutuhkan waktu setidaknya sehari sebelum acara dimulai agar bisa mempersiapkan diri tentunya dengan mencari penginapan terdekat di Kota Bangkalan.

Terdapat 1 Hotel dan 2 Penginapan yang ada di Bangkalan, biasanya mereka adalah pendatang dari luar Bangkalan yang menginap dikarnakan ada agenda tertentu di Bangkalan entah berkunjung ke tempat wisata, menghadiri acara ataupun mengunjungi sanak famili atau sekedar transit sementara untuk melanjutkan ke Kabupaten lain di Madura seperti Sampang, Pamekasan, Sumenep atau ke Pulau Jawa melalui Surabaya.

Daftar Alamat hotel Murah di Bangkalan
Hotel Ningrat Bangkalan (didisadili.blogspot.com)
Ada baiknya sebelum mengunjungi hotel atau penginapan, TreTan memesan terlebih dahulu atau menanyakan ketersediaan kamar. Mahal atau murah harga menginap satu malam tergantung hotel dan fasilitas didalam kamar, silahkan tanyakan kepada Customer Service.

Berikut adalah Daftar Penginapan dan Hotel yang ada di Bangkalan - Madura - Jawa Timur.

1. Hotel Ningrat, Jl. KH. MOH. Cholil 113, No. Telepon (031) 3095388 - 3095507


LOKASI VIA GOOGLE MAPS


2. Penginapan PKPN, Jl. Panglima Sudirman 112A Telp. (031) 3095109 - 3098796


LOKASI GOOGLE MAPS



3. Penginapan MAN Jl. Soekarno-Hatta 3 C (Komplek MAN) No. Telp (031) 72017883


 LOKASI GOOGLE MAPS

Wisata Kuliner Rujak Soto Khas Bangkalan

$
0
0

Tempat Wisata Kuliner Rujak Soto di Bangkalan


Kabupaten Bangkalan selain terkenal dengan beberapa tempat wisata alam dan sejarah seperti Mercusuar Sembilangan, Gunung Geger di Kecamatan Geger dan beberapa tempat lainnya, juga kaya akan masakan tradisional dan banyak digemari oleh warga lokal ataupun mereka yang datang dari luar pulau untuk mencoba berbagai kuliner yang ada di Kabupaten Bangkalan.

Salah satu yang menjadi favorit warga lokal untuk untuk makan di luar rumah adalah Kuliner Rujak Soto yang terletak di Desa Kebun, Kecamatan Kamal - Pulau Madura. Memang terdengar sedikit aneh ketika Rujak disandingkan oleh panganan berupa Soto tapi ketika sudah mencoba rasanya, lidah akan terus bergoyang mengunyah enaknya Rujak Soto ini.

Tak hanya warga lokal, Kuliner ini juga menjadi incaran para mahasiswa UTM (Universitas Trunojoyo Madura) karna selain lokasi yang berdekatan dengan kampus juga harga yang cukup murah yakni Rp. 4.000 untuk 1 porsi Rujak Soto dan mereka menyebutnya Naruto atau Nasi Rujak Soto.

Rujak Soto dilengkapi dengan Ketupat atau bisa juga TreTan menggantinya dengan Nasi, selain itu rasa pedas yang menjadi favorit banyak orang sebagai bumbu pelengkap juga ada pada Kuliner Rujak Soto ini, TreTan bisa saja meminta kepada penjual untuk menambah level pedas sesuai dengan selera yang diinginkan.

Kuliner Khas Bangkalan Rujak Soto Madura

Penjual Rujak Soto Bangkalan - Madura
Makanan Rujak Soto Bangkalan Madura









VIDEO LIPUTAN KULINER KHAS BANGKALAN RUJAK SOTO MADURA


 

PETA DIGITAL MENUJU RUJAK SOTO BANGKALAN DARI ARAH PELABUHAN UJUNG KAMAL


Tradisi Okol Madura, Tradisi Minta Hujan ala Orang Pamekasan

$
0
0

Tradisi Okol, Tradisi Puja Mengundang Hujan 


Siang itu ratusan orang meriung di tanah lapang. Seorang kyai sepuh duduk bersila. bibirnya mendaras doa dan puja yang tak sepenggal pun rantas. pantang surut meski sengat matahari terus menggeliat. okol, tradisi mengundang hujan yang sarat makna.

Usai Ashar, matahari masih menyengat saat di Desa Nylabu Laok, Pamekasan, Madura ratusan orang khusuk mendaras Ayat Kursi dan Wirid.

Mereka yang awalnya riuh meriung, turut larut dalam puja dan doa. Ya, siang itu mereka memang menggelar tradisi Okol. Sebuah Tradisi yang lahir dari kearifan lokal madura, sebagai salah satu upaya bermunajat kepada Allah SWT untuk mendatangkan hujan.

Bukan sekedar bermunajat, ada salah satu pertunjukan yang dinanti-nantikan dalam acara itu. Yakni adu oto dalam gulat tradisional yang dalam bahasa Madura disebut Okol.

Sekilas, tradisi okol ini seperti orang yang hendak bergulat. Dua orang pria dewasa, berada dalam sebuah lingkaran berdiamater 3 meter. Saling berhadapan dalam posisi siaga.

Ketika wasit memberi tanda okol dimulai, kedua pria dewasa tersebut saling bertumbukan, Sorak penonton bergemuruh. Debu beterbangan hingga luar arena. Tak ada amarah, hanya ada tawa dan senyum cerah.

itulah Okol, sebuah tradisi memanggil hujan yang sudah turun temurun ada di Madura. Butuh waktu 5 sampai 10 menit untuk mengalahkan musuhkan. dalam pertandingan Okol, tidak mudah untuk menjatuhkan lawan. Sebab, disamping harus bertubuh kekar, mereka juga harus memiliki kuda-kuda yang kuat

Tradisi Okol, Gulat Khas Pamekasan Madura
Okol Madura (thejakartapost.com)
dalam pertandingan ini, siapa yang bisa menjatuhkan musuhnya dengan posisi di bawah yang jadi pemenang. "Meskipunbisa menjatuhkan musuh, tetapi posisinya berada dibawah musuhnya, dia dinyatakan kalah" Kata Muhammad Takrib, Tetua Desa setempat.

Tradisi Okol ini biasanya dilaksanakan saat musim kemarau berkepanjangan untuk meminta hujan. tradisi itu menjadi rangkaian dari tradisi meminta meminta hujan lainnya seperti Sholat meminta Hujan (Sholat Istisqa) dan dzikir. "Biasanya digelar usai Ashar, jadi matahari masih terasa terik menyengat", imbuhnya.

Biasanya, tradisi ini digelar dari desa ke desa hingga hujan turun baru dihentikan.

Namun, kini sudah ada pergeseran budaya. Jika biasanya hanya dimainkan saat dimusim panas untuk mengundang hujan, kini saat musim hujan pun juga dimainkan. Takrib menuturkan, masyarakat di desanya sudah menganggap tradisi tersebut bukan sekedar tradisi untuk meminta hujan, melainkan sudah menjadi hiburan.

"Ketika Okol digelar, masyarakat sangat terhibur. Alasannya, petani butuh hiburan karena musim hujan yang berkepanjangan, banyak tanaman mereka yang gagal panen" terangnya.

Karena sifatnya hiburan, maka tidak dibuat kompetisi siapa yang kalah dan siapa yang menang. Hanya saja, siapa yang bisa menjatuhkan musuh dibawah maka dia yang menjadi juara satu dan yang berada diatas menjadi juara dua.

Tidak semua desa di Pamekasan menjalankan Tradisi Okol. Sukarman, pemain Okol yang sering bermain dari desa ke desa, menuturkan ada enam desa yang masih mempertahankan tradisi tersebut. Salah satu desa yang hingga kini masih mempertahankan adalah Desa Nylabu Laok.

Apakah Tradisi Okol yang sudah dijadikan hiburan tidak melanggar pakem? Menurut Sukarman, sama sekali tidak. "Kalau niatnya hiburan, kan tidak masalah. Kecuali sudah ada pelanggaran tradisi, seperti menjadi ajang perjudian dan permusuhan", ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pamekasan, Nur Faisal mengatakan, Tradisi seperti itu harus terus dijaga dan jangan sampai punah. Sebab, hal itu merupakan sebuah produk kearifan budaya Madura yang memiliki nilai filosofi tinggi.

"Ini bisa menjadi salah satu aset budaya yang memiliki nilai tinggi. Dalam beberapa hal, Okol bisa menjadi salah satu daya tarik Wisata di Madurabagi orang luar yang dapat mensejahterakan rakyatnya, seperti halnya Tari Kecak di Bali. Tinggal bagaimana seluruh Stakeholder yang ada bisa memolesnya sehingga memiliki nilai yang jauh lebih tinggi", tandasnya. (Faisal Yasir Arifin / Majalah BPWS Edisi 8)

Wisata Alam Pantai Jumiang di Kabupaten Pamekasan

$
0
0

Elok Sunrise & Tebing Karang Pantai Jumiang


Madura benar-benar memiliki banyak potensi yang menjanjikan. Pantai Jumiang salah satunya. Pantai yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan ini berjarak sekitar 12 Km Tenggara Kota Pamekasan.

Akses jalan yang bagus, dapat ditempuh dengan sarana transportasi umum maupun kendaraan pribadi. Pantai Jumiang berbeda dengan beberapa pantai di Pamekasan lainnya, karena terletak di dataran tinggi dan bertebing.

Meskipun belum tersentuh pembangunan yang massif, namun Pantai Jumiang merupakan salah satu pantai wisata di Pamekasan yang menyajikan berbagai keindahan alam. Menikmati sunrise dari pantai ini, memberi sensasi tersendiri bagi penikmat.

Selain itu, gugusan tebing karang menyajikan pemandingan tersendiri. Debur ombak yang menerobos di sela-sela karang, seakan menciptakan sensasi aquatic yang indah. Seolah, waktu enggan beranjak takkala kita merejang di Jumiang.

Kelak Potensi Wisata ini harus dibangun dan dikelola dengan baik agar bisa mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar. Saat ini, Jumiang masih dikelola oleh masyarakat desa setempat. Ketika akhir pekan, masyarakat desa menerapkan tarif Rp. 3000 untuk sekali masuk per-orang. (Faisal Yasir Arifin / Majalah BPWS edisi 8)

Potensi Wisata Alam Pantai Jumiang - Pamekasan Madura - Jawa Timur
Pantai Juming - Pamekasan (Plat-M.com)

Tujuan Wisata Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep - Indonesia

$
0
0

Wisata Pantai Lombang, Sumenep, Madura


Kalau bicara destinasi wisata bahari di Sumenep, maka pikiran sebagian besar orang akan langsung tertuju ke pantai Lombang. Ya, pantai ini rasa-rasanya adalah yang paling terkenal di antara pantai-pantai lainnya di Sumenep. Dan sejauh ini adalah yang paling banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun asing.

Jika kita menyebut pantai Lombang, maka mula-mula yang terbersit dalam kepala adalah Pohon Cemara Udang. Pantai ini memang terkenal dengan hamparan cemara udangnya yang menghiasi hampir keseluruhan tepi pantai. Tidak banyak pantai dengan karakter demikian, sehingga pantai Lombang memiliki ciri khas tersendiri.

Ihwal hikayat atau sejarah keberadaan cemara udang tersebut, konon ia berasal dari Tiongkok. Cemara udang termasuk tanaman yang langka. Banyak orang menyebut tanaman ini hanya tumbuh di Tiongkok dan Indonesia. Keberadaannya di Sumenep karena ekspedisi yang dilakukan oleh Jenderal The Ho (Sampo Thai Kam) ke nusantara pada abad ke 15.

Tinggi pohon cemara udang sekitar 4 meteran. Bentuknya tidak lurus ke atas alias membungkuk seperti udang. Karena itulah jenis pohon cemara ini disebut cemara udang.

Letak Lokasi Wisata Pantai Lombang - Indonesia

Secara administratif, pantai Lombang merupakan bagian dari Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Dari pusat kota Sumenep jaraknya sekitar 27,8 Km ke arah timur laut. Perjalanan sekitar satu jam-an. Jika ditempuh dari Suramadu, jaraknya sekitar 182 Km. Sekitar 4-5 jam perjalanan dengan mobil pribadi.

 

Destinasi Wisata yang Ditawarkan di Pantai Lombang

Berbeda dengan Wisata Pantai Slopeng, Pantai Lombang memiliki lanskap yang bagus. Bagi penyuka fotografi, ini merupakan satu keunikan tersendiri. Bibir pantai yang ditumbuhi cemara udang membuat pantai ini terlihat eksotis. Selain itu, pasir halus berwarna putih yang terhampar juga menambah kecantikan pantai ini.

Cemara udang yang rimbun sangat cocok dengan karkater suhu yang panas di tepi pantai. TreTan bisa berteduh di bawahnya sambil menikmati keindahan pantai saat matahari sudah berada di atas kepala. Di bawah rimbun cemara tersebut juga sudah dibangun gazebo dan kursi permanen yang bisa diduduki untuk bersantai. Bisa juga TreTan membawa alas sendiri dari rumah, terutama jika berwisata bersama keluarga besar.

Jika matahari sedang tidak terik, kegiatan yang cukup menarik dilakukan adalah mandi di laut dan bermain pasir di pantai. Sebagian besar waisatawan melakukan itu karena di pantai Lombang airnya jernih dan pantainya berpasir halus, sehingga tidak perlu takut kena karang.



Destinasi Pantai Lombang - Indonesia (lulusandika.blogspot.com)


Wisatawan juga bisa menikmati destinasi laut dengan menyewa perahu yang disediakan oleh para nelayan setempat. TreTan akan melihat pemandangan indah cemara udang dari permukaan laut. Juga, selfie dari atas perahu dengan backgraound jejeran cemara udang.


Jika tidak tertarik bermain air, TreTan bisa menikmati wisata menunggang kuda. Di situ ada beberapa warga yang menyediakan jasa tunggangan kuda. Dengan membayar tarif tertentu, TreTan sudah bisa menikmati sensasi menunggang kuda ala prajurit zaman kuno.

Oya, bagi TreTan yang menggemari tanaman bonsai, tak salah kiranya jika menyiapkan duit yang banyak untuk berburu bonsai-bonsai cantik di sekitar pantai Lombang. Warga daerah tersebut banyak yang merawat cemara udang menjadi bonsai dan dijual kepada wisatawan yang berkunjung ke sana. Harganya variatif, mulai yang nilainya ratusan hingga jutaan.

Tips Berwisata ke Pantai Lombang - Madura - Jawa Timur

Beberapa tips yang bisa kami bagikan kepada TreTan jika ingin berkunjung ke pantai Lombang adalah sebagai berikut:

1. Siapkan peralatan wisata ke pantai, semisal sunblock, alat perekam, dan kebutuhan lainnya. Sunblock dibuthkan untuk melindungi kulit TreTan dari cahaya matahari.

2. Bagi wisatawan luar Madura, sebaiknya menyewa kendaraan khusus. Selain lebih praktis, angkutan umum ke pantai Lombang belum banyak. Jika tidak membawa kendaraan dari rumah, TreTan bisa menyewa di Sumenep Kota. Di situ sudah banyak jasa rental mobil.

3. Jika mau bermalam di pantai, sebaiknya bawa tenda dari rumah. Di situ belum ada penginapan yang dikomersialkan seara umum. Memang tersedia rumah-rumah dari kayu di sekitar pantai, tapi itu biasanya diperuntukkan bagi wisatawan eksklusif atau wisatawan untuk program pemerintah daerah.

4. Jangan khawatir kelaparan. Di situ sudah banyak orang berjualan. Tinggal bawa banyak duit.

5. Bagi TreTan yang baru selesai mandi di laut, di situ sudah disediakan kamar mandi dengan air tawar. Dengan uang Rp. 2.000, TreTan sudah bisa mandi dengan nyaman.

6. Jangan lupa, untuk masuk ke kawasan pantai Lombang, TreTan diharuskan membayar karcis masuk sebesar Rp. 5.000,-.

Wisata Sejarah Museum Cakraningrat Bangkalan - Madura

$
0
0
Wisata Bangkalan Madura: Museum Cakraningrat Bangkalan

Saat itu baru pertama kalinya PulauMadura.com mengunjungi Museum Cakraningrat yang terletak dideretan kantor Pemerintah Kabupaten Bangkalan tepatnya di Jl. Soekarno - Hatta. Keperluan datang ke Museum tersebut untuk mencari tau tentang keberadaan Benteng Erfprins di dekat Kantor Polisi Satlantas. Sakera datang ke tempat tersebut atas rekomendasi dari Bapak Hidrochin Sabaruddin yang dulu pernah menjadi salah satu bagian dari Museum tersebut. Pak Didik menjelaskan berbagai sejarah bangkalan dan yang membuat menarik adalah tentang asal usul daerah atau desa di Bangkalan yang namanya berasal dari berbagai kejadian ditempat itu. Berikut adalah Selayang Pandang Museum Cakraningrat di Kabupaten Bangkalan yang didapat pada Brosur ketika mengunjung Museum tersebut.

MENGENAL DARI DEKAT MUSEUM CAKRANINGRAT KABUPATEN BANGKALAN

Pada tahun 1974 Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan mendirikan sebuah Gedung Museum untuk menyimpan benda-benda koleksi keluarga Kraton yang sudah diserahkan perawatannya kepada Pemerintah dengan ciri khas gerbang pintu adalah miniatur Bentar Makam Agung Arosbaya.

Kemudian pada tanggal 24 Juli 1975 dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 08.00 s/d 14.00 WIB. Dengan bentuk dan kondisi yang hanya satu ruangan tersebut, maka telah dapat ditampung beberapa macam benda koleksi Peninggalan milik perorangan maupun milik Keluarga Bangsawan Bangkalan.

Semua ini berkat upaya dan kerja keras serta kerjasama antara masyarakat, Pemerintah Daerah dan Kantor Departemen Dikbud Kabupaten Bangkalan. Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan berikutnya, tugas dan fungsi Museum secara umum digambarkan:

- Mengumpulkan, mencatat
- Meneliti dan merawat
- Serta memamerkan benda-benda bernilai sejarah, budaya dan ilmiah.

Museum tidak hanya bersifat memperkenalkan benda-benda bernilai sejarah saja, akan tetapi juga merupakan “HUMAN RELATIONSHIP” sebagai sarana komunikasi dari generasi ke generasi, demikianlah ada dan keberadaan “MUSEUM DAERAH KABUPATEN BANGKALAN”.

Sebelum memiliki gedung yang tetap seperti yang terjadi pada saat ini, terdorong oleh rasa bangga terhadap warisan nenek moyang kita yang menggambarkan pembuktian manusia, alam dan kebudayaan, baik secara synchronis maupun secara dyachronis, demikian juga pencerminan kontemporer, maupun pencerminan histories dari pada manusia, alam lingkungan dan kebudayaannya.

Transisi budaya di jaman klasik telah menimbulkan gejala-gejala: Syncretisme dan telah menunjukkan daya ungkapan, kemajuan tehnis dan teknologis dan daya kemampuan kreatif berupa pembangunan monument-monument keagamaan, struktur organisasi pemerintahan dengan pusat-pusat pemerintahan yang mengenai desentrlisasi dengan system viodalisme.

Dengan inilah maka tokoh-tokoh penerus yang merasa bertanggungjawab untuk melestarikan peninggalan yang masih tersisa, disuatu pihak mulai menghimpun peralatan bekas milik Kraton Bangkalan yang masih tersisa, dikumpulkan dan disimpan di gudang pengumpulan dan penyimpanan yang terletak dikomplek pesarean “AER MATA” (Komplek pemakaman Raja-Raja di desa Buduran Kecamatan Arosbaya) usaha ini memenuhi saran Pini Sepuh Kabupaten Bangkalan diantaranya:

- R.A. ROESLAN TJAKRANINGRAT
- R.A. SALEH ADININGRAT SURYOWINOTO
- R.P. ABDUL MADJID SURYOWINOTO
- R.P. MACHMUD SOSROADIPOETRO
- R.P. ABD. HAMID NOTODIREJO

Usaha ini dilakukan sekitar tahun 1950-1955 guna mengurus dan merawat peninggalan ini maka terbentuklah suatu yayasan yang menamakan diri :

“ YAYASAN KONA ”

Akhirnya Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan atas nama Pemerintah Tingkat II yaitu : H. J. SOEDJAKI mendirikan gedung tempat koleksi tersebut. Setelah bangunan tersebut selesai maka bersama: “YAYASAN KONA” yang pada waktu itu diwakili oleh

- R.A. MOCH. ANWAR TJAKRAADIPOETRO
- R.P. ABD. MADJIDSURYOWINOTO
- R.P. ABD. HAMID NOTODIREJO

Maka bersama-sama beliaulah Bupati Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan juga bersama-sama dengan tokoh Pemerintah yaitu:

- H.J. SOEDJAKI

- R.A SALEH SOSROADIPOETRO

- R.ABD.RACHMAN


Mereka merencanakan untuk memindahkan koleksi Kraton yang ada di komplek Pasarean ASTA AER MATA ke gedung penyimpanan yang baru yang ada di kompleks Perumahan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan yaitu di Jalan Letnan Abdullah No. 1 Bangkalan. Kemudian pada tanggal: 24 Juli 1975 benda koleksi yang ada di AER MATA tersebut dipindah ke gedung yang baru disaksikan oleh GUSTI PEMBAJON Permaisuri R.A. ROESLAN TJAKRANINGRAT.

Sejak saat itulah benda-benda koleksi tersebut diresmikan menjadi koleksi Museum dan benda-benda koleksi tersebut dipelihara dan dirawat langsung ileh Pemerintah Daerah bagian Urusan Rumah Tangga Kabupaten yaitu : R. ABDOERRAHMAN. Adapun koleksi tersebut masih belum berfungsi kemudian pada awal tahun 1979 gedung tersebut diresmikan menjadi museum dan diberi nama : “MUSEUM DAERAH TINGKAT II KABUPATEN BANGKALAN”

PERKEMBANGAN MUSEUM CAKRANINGRAT KABUPATEN BANGKALAN

Perkembangan Museum Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan berkembang semakin maju terbukti dengan kerjasama yang baik Pemerintah dapat menyelamatkan benda-benda koleksi yang ada didaerah Kabupaten Bangkalan berupa beberapa buah piring porselen berhasil diselamatkan oleh pemerintah karena benda tersebut akan dilarikan ke tempat lain keluar dari Pulau Madura.
Museum Bangkalan mengalami perkembangan yang pesat sehingga dapat kami gambarkan sebagai berikut:

- Terhitung sejak awak tahun 1997 Museum Bangkalan telah difungsikan dengan sebagaimana mestinya dengan nama: MUSEUM DAERAH BANGKALAN.
- Sejak waktu itu Museum Daerah Bangkalan mulai dibenahi dan dikembangkan baik mengenai koleksi bendanya, penataan (Display) dan konservasinya.
- Pada bulan maret 1980 telah dilatih 2 orang Tenaga Kantor Departemen Dikbud Kabupaten Bangkalan ke Museum “MPU TANTULAR” di Surabaya yang khusus menangani dan mempelajari cara perawatan benda-benda bersejarah dan kepurbakalaan serta mengatasi penataan tata pameran dan administrasi Museum tersebut adalah R. ABDURRACHMAN KS. dan HIDROCHIN SABARUDDIN UP. Anggaran diperoleh dari Bidang PSK Jawa Timur.
- Pada pertengahan tahun 1979 telah ditunjuk dan dikaryakan sebagai Tenaga Pembantu Pelaksana dari Kantor Suaka Sejarah dan Kepurbakalaan di Mojokerto yang telah mendapat SK. Penempatan yaitu Sdr. SUKARDI.
- Pada tanggal 18 Agustus 1979 Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bangkalan memberikan ganti rugi benda-benda porselin sebanyak 165 buah dengan penggantian uang sebesar Rp. 170.000,-
- Pada tanggal 09-10 Agustus 2007 benda koleksi Museum dipindah ke gedung yang baru bersebelahan dengan gedung DPRD Kabupaten Bangkalan yaitu di Jl. Soekarno Hatta No. 39 A Bangkalan.
- Pada tanggal 13 Maret 2008 Pemerintah Kabupaten Bangkalan dalam hal ini Bapak Bupati FUAD AMIN, Spd. Setelah pelantikan dan Sumpah Jabatan Bupati periode 2008-2013, sangat antusias memperhatikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Bangkalan, akhirnya atas prakarsa beliau maka terwujudlah bangunan Gedung Museum yang baru dengan nama "MUSEUM TJAKRANINGRAT KABUPATEN BANGKALAN"
- Pada saat ini pula 18 Kecamatan juga memamerkan Peninggalan sejarah dan purbakala berupa dokumentasi foto yang tersebar di pelosok daerah pedalaman se-Kabupaten Bangkalan, dan Pameran Benda-Benda Pusaka Bertuah milik keluarga Dinasti Cakraningrat ke II dan yang lainnya.
- Peresmian Gedung Museum Cakraningrat Kabupaten Bangkalan diresmikan oleh Bapak Gubernur Jawa Timur, Bapak Imam Utomo pada tanggal 13 Maret 2008.

Suatu prestasi yang gemilang bagi sosok pimpinan yang begitu antusias memberikan fasilitas-fasilitas untuk mewujudkan terpeliharanya Peninggalan-Peninggalan Bersejarah yang tersebar di seluruh pelosok Kabupaten Bangkalan Madura Barat.

Demikian sekelumit tentang keberadaan Museum yang kita harapkan bersama sebagai penunjang asset Budaya Daerah di bumi Cakraningrat Madura Barat. Dengan tersebarnya informasi ini diharapkan dapat semakin memacu perkembangan di sektor Pariwisata Kabupaten Bangkalan yang tentunya akan menambah Income Pendapatan daerah Kabupaten Bangkalan.
BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI LUHUR BUDAYA BANGSANYA

dan berikut adalah beberapa foto Museum Cakraningrat Bangkalan dan koleksi berbagai pusaka jaman dahulu. Foto by: fickirhasbi.blogspot.com/2012/10/museum-cakraningrat-bangkalan.html

Tampak Depan Gedung Museum Cakraningrat
Tampak Depan Gedung Museum Cakraningrat

Museum Cakraningrat Bangkalan Meriam Peluru Lontar
Meriam Peluru Lontar

Museum Cakraningrat Tabbuwan Selajing
Tabbuwan Selajing

Museum Cakraningrat Judang
Judang

Museum Cakraningrat Kelbung Penyaring Air Batu dan Tempayan dari Tanah Liat
Kelbung Penyaring Air Batu dan Tempayan dari Tanah Liat

Museum Cakraningrat Lumpang Batu dan Lumpang Kayu serta Pepes
Lumpang Batu dan Lumpang Kayu serta Pepes

Museum Cakraningrat Alat Musik Tradisional Tuk Tuk
Alat Musik Tradisional Tuk Tuk

Gamelan Museum Cakraningrat Bangkalan
Gamelan

Museum Cakraningrat Bangkalan Benda - Benda Pusaka Kraton
Benda - Benda Pusaka Kraton

Museum Cakraningrat Bangkalan Peralatan Masak dari Tanah Liat / Lempung
Peralatan Masak dari Tanah Liat / Lempung

Museum Cakraningrat Bangkalan PIR (Sarana Transportasi Umum)
PIR (Sarana Transportasi Umum)

Museum Cakraningrat Bangkalan Alat Musik Tradisional
Alat Musik Tradisional

Museum Cakraningrat Bangkalan Barang Pecah Belah Keramik
Barang Pecah Belah Keramik

LOKASI MUSEUM CAKRANINGRAT BANGKALAN - MADURA

Berikut adalah Peta Digital Google Map untuk menuju Musem Cakraningrat


dari Pelabuhan Ujung Kamal

Klik Disini

dari Jembatan Suramadu Surabaya

Klik Disini

Pencarian:
Wisata di Bangkalan, Museum Cakraningrat Bangkalan Madura, Pusaka Bangkalan, Rumah Keraton di Bangkalan, Koleksi Pusaka Bangkalan, Petilasan Raja Bangkalan, Silsilah Pangeran Cakraningrat Bangkalan, Makam Sultan Abdul Kadirun, Macam - Macam Jenis Pusaka Bangkalan.

Asal Usul Kabupaten Sampang - Madura

$
0
0
Asal Usul Kabupaten Sampang - Kabupaten Sampang adalah Kota yang berada di Pulau Madura. Di Kota tersebut banyak tempat wisata yang sangat bagus seperti Pantai Nepa yang didekatnya juga ada hutan kera dan ada juga Pantai Camplong dengan segala keindahan didalamnya. Sakera pernah mengunjungi Kota Sampang bareng teman-teman Plat-M [Blogger Madura] dengan mengunjungi tempat pariwisata diatas dan mencicipi kuliner khas Sampang yaitu Bebek Songkem. Berikut adalah cerita mengenai asal muasal serta sejarah adanya Kabupaten (kota) Sampang.

ASAL USUL KABUPATEN SAMPANG

Pada Zaman Majapahit di Sampang ditempatkan seorang Kamituwo yang   pangkatnya hanya sebagai patih, jadi boleh dikatakan kepatihan yang   berdiri sendiri. Sewaktu Majapahit mulai mundur di Sampang berkuasa Ario   Lembu Peteng, Putera Raja Majapahit dengan Puteri Campa.

Lembu Peteng akhirnya pergi memondok di Ampel dan meninggal disana.
Yang  mengganti Kamituwo di Sampang adalah putera yang tertua ialah Ario   Menger yang keratonnya tetap di Madekan. Menger berputera 3 orang   laki-laki ialah Ario Langgar, Ario Pratikel (ia bertempat tinggal di   Pulau Gili Mandangil atau Pulau Kambing) dan Ario Panengah gelar Pulang   Jiwo bertempat tinggal di Karangantang.

Pratikel mempunyai anak  perempuan yang kawin dengan Ario Pojok dan  mempunyai anak bernama Kiyai  Demang (Demangan adalah tempat  kelahirannya) setelah Demang menjadi  dewasa ia sering pergi ke tempat  tempat yang dipandang keramat dan  bertapa beberapa hari lamanya disana,  pada suatu waktu ia sedang  tertidur dipertapaannya ia bermimpi supaya  ia terus berjalan kearah  Barat Daya kedesa Palakaran.

Setelah Demang bangun ia terus  pulang dan minta ijin pada orang  tuanya untuk memenuhi panggilan dalam  mimpinya, ayah dan ibunya  sebenarnya keberatan tetapi apa dikata,  kehendak anaknya sangat kuat.  Menurut cerita Demang terus berjalan  kearah Barat Daya diperjalanan ia  makan ala kadarnya daun-daun,  buah-buahan dan apa saja yang dapat  dimakan, dan kalau malam ia tertidur  dihutan dimana ia dapat berteduh.

Pada suatu waktu ketika ia  berhenti melepaskan lelah tiba-tiba  datang seorang perempuan tua  memberikan bingkisan dari daun-daun,  setelah bingkisan dibuka  terdapatlah 40 buah bunga nagasari, diamana  ada Pohon Nagasari?  Perempuan tua itu menjawab bahwa pohon yang  dimaksud letaknya didesa  Palakaran tidak beberapa jauh dari tempat itu.

Dengan diantar  perempuan tua tersebut Demang terus menuju kedesa  Palakaran dan diiringi  oleh beberapa orang yang bertemu diperjalanan.  Sesampainya didesa itu  mereka terus beristirahat ditempat pengantarnya  sambil menikmati  hidangan yang lezat-lezat yang menghidangkan ialah,  Nyi Sumekar puteri  dari janda itu. Tidak bberapa lam Demang jatuh cinta  pada perempuan itu  dan mereka kawin, kemudian mereka mendirikan rumah  besar, yang kemudian  oleh orang-orang disebut keraton kota Anjar  (Arosbaya) dari perkawinan  Sumekar dan Demang lahirlah beberapa orang  anak dengan nama-nama sebagai  berikut :

1. Kiyahi Adipati Pranomo
2. Kiyahi Pratolo
3. Kiyahi Pratali
4. Pangeran Panagkan dan
5. Kiyahi Pragalbo.

Pada  sauatu saat Demang Palakaran bermimpi bahwa kemudian hari yang  akan  menggantikan dirinya ialah Kiyahi Pragalbo yang akan menurunkan   pemimpin-pemimpin masyarakat yang baik, putera yang tertua Pramono oleh   ayahnya disuruh bertempat tinggal di Sampang dan memimpin pemerintah   dikota itu.

Ia kawin dengan puteri Wonorono di Pamekasan karena  itu ia juga  menguasai Pamekasan jadi berarti Sampang dan Pamekasan  bernaung dalam  satu kerajaan, demikian pula sewaktu Nugeroho (Bonorogo)  menggantikan  ayahnya yang berkeraton di Pamekasan dua daerah itu masih  dibawah satu  kekuasaan, setelah kekuasaan Bonorogo Sampang terpisah lagi  dengan  Pamekasan yang masing-masing dikuasai oleh Adipati Pamadekan  (Sampang)  dan Pamekasan dikuasai oleh Panembahan Ronggo Sukawati,  kedua-duanya  putera Bonerogo.

Lambang Kabupaten Sampang Trunojoyo
Kemudian Sampang diperintah oleh  Pangeran Adipati Mertosari ialah  cucu dari puteri Pramono putera dari  Pangeran Suhra Jamburingin,  demikianlah diceritakan bahwa memang menjadi  kenyataan Kiyahi Demang  banyak menurunkan Raja-Raja di Madura.

Foto: soendoel.blogspot.com

Pencarian:
ASAL USUL BANGKALAN, kota sampang madura, sejarah kota sampang, asal usul kota sampang, asal usul sampang, sejarah sampang madura, kabupaten sampang madura, sejarah sampang, asal usul kabupaten sampang, carok madura sampang, lambang madura, warga 2 kabupaten di madura carok, sejarah kota sampang madura, cerita sampang madura, legenda kota sampang, asal mula sampang madura, legenda madura, SAMPANG MADURA, cerita asal mula pulau madura, legenda sampang

Asal Usul Kabupaten Pamekasan - Madura

$
0
0
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 Kabupaten yang ada di Pulau Madura seperti Bangkalan, Sampang dan Sumenep. Pamekasan sendiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumenep di sebelah timur, Kabupaten Sampang di sebelah barat, Selat Madura di selatan dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara.

Pamekasan terdiri dari 13 Kecamatan, yang kemudian dibagi lagi menjadi 178 Desa dan 11 Kelurahan. berikut adalah nama dari 13 Kecamatan tersebut:
  • Kecamatan Tlanakan
  • Kecamatan Proppo
  • Kecamatan Pegantenan
  • Kecamatan Pasean
  • Kecamatan Pamekasan
  • Kecamatan Palengaan
  • Kecamatan Pademawu
  • Kecamatan Kadur
  • Kecamatan Larangan
  • Kecamatan Galis
  • Kecamatan Batu MarMar
  • Kecamatan Pakong
  • Kecamatan Waru

Berbicara tentang Kabupaten Pamekasan tentunya tidak akan terlepas dari nama Monumen Arek Lancor, selain itu di Kabupaten Pamekasan ini tiap tahun mengadakan event Kerapan Sapi Piala Presiden serta rangkaian acara Semalam di Pamekasan yang menampilkan kesenian khas Pamekasan serta kabupaten lainnya di Madura.

Selain itu ada tokoh yang cukup terkenal di Indonesia berasal dari Pamekasan, beliau adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD yang sempat menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia.

Berikut adalah Daftar Wisata yang berada di Kabupaten Pamekasan:

- Pantai Talang Siring (namanya hampir mirip Pantai Siring Kemuning di Kecamatan Tanjung Bumi - Kabupaten Bangkalan) yang letaknya 10 Km kearah Timur dari Kota Pamekasan.
- Pantai Jumiang dengan jarak 15 Km dari Pusat Kota.
- Pantai Batu Kerbuy yang namanya di ambil dari sebuah batu yang berbentuk kerbau yang terletak di Kecamatan Pasean dengan luas 5 Ha.
- Api Tak Kunjung Padam yang jaraknya sekitar 4 Km dari Pusat Kota.
- Makam Keramat Pasarean Batu Ampar yang terletak di Desa Pangbatok Kecamatan Proppo sekitar 15 Km dari arah Pusat Kota.
- Vihara Alokitesvara yang berada di Kampung Candi Desa Monto' Kecamatan Galis (14 Km dari Kota Pamekasan), berdekatan dengan Pantai Talangsiring. Vihara terbesar kedua di Pulau Jawa. Salah satu keunikannya, yaitu di dalam komplek terdapat Musholla, Gereja dan Pura yang melambangkan kerukunan beragama.
- Monumen Arek Lancor yang merupakan monumen perjuangan kepahlawanan Rakyat Madura dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.

Asal Mula dan Sejarah Kabupaten Pamekasan - Madura


Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri baru dikenal  pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama wilayah ini.

Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.  Munculnya sejarah Pemerintah Lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke lima belas (15) berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo yang mulai merintis Pemerintahan Lokal di daerah Proppo atau Parupuk  Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa Kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bias dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri dalam penataan untuk mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya sangat padat kegiatan dengan luas wilayah yang sangat besar.

Saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra, sedangkan kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-Islam.

Tulisan- tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan  Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan bahasa Belanda kemudian mulai diterjemahkan atau ditulils kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun-daun lontar atau layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.

Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggo Sukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di Wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan se jimat ,yaitu jalan-jalan di alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya  inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.

Bahkan zaman Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Arosbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan hari jadi kota Pamekasan.

Lambang Kabupaten Pamekasan Madu Ganda Magesti Tunggal
Lambang Kabupaten Pamekasan Madu Ganda Magesti Tunggal

Terungkapnya sejarah Pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invasi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal di bawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh sarjana Barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Banda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.

Sumber: http://www.pamekasan.go.id
Lambang: soendoel.blogspot.com

Pencarian:
ASAL USUL PAMEKASAN, asal usul kota pamekasan, asal mula pamekasan, kabupaten pamekasan, asal usul kota pamekasan madura, asal usul arek lancor, Asal Mula Kota Pamekasan, sejarah batu ampar madura, kota pamekasan, silsilah kota pamekasan, silsilah kyai madura, silsilah pamekasan, pantai batu kerbuy, batik tanjungbumi, asal usul api tak kunjung padam, asal mula kabupaten pamekasan, jumiang, asal mula desa jumiang, sejarah api tak kunjung padam di pamekasan, sejarah batu ampar

Obyek Wisata Religi Vihara Avalokitesvara - Pamekasan

$
0
0

Potret Toleransi Vihara Kwan Im Kiong

Kala Perbedaan Luruh di Talang Siring

Sore itu, Cakrawala di ufuk barat Pantai Talang Siring Pamekasan tampak cerah. Semburat awan menggaris indah, matahari masih menyisakan sinarnya di sela-sela awan yang berjenjang. Di Vihara Kwan Im Po Sat alias Avalokitesvara, seolah seluruh perbedaan luruh dalam harmoni.

Vihara itu berdiri kokoh dan megah. Namanya Vihara Avalokitesvara atau sering juga disebut Kelenteng Kwan Im Kiong, yang bersebelahan dengan lokasi Wisata Pantai Talang Siring. Menurut keterangan, bangunan seluas 3 Hektare ini didirikan pada abad 18. Sekitar 1.800 sebelum masehi. Dinamakan juga Kelenteng Kwan Im Kiong karena di dalamnya ada patung Kwan Im Po Sat alias Avalokitesvara, Dewi Welas Asih. Tingginya 155 sentimeter, tebal tengah 36 cm, dan tebal bawah 59 cm.

Bagi kalangan Tionghoa, Vihara ini punya keunikan tersendiri. Ada legenda atau cerita lisan yang berlangsung turun-temurun termasuk sisa-sisa peninggalan budaya zaman Majapahit.

Pada awal abad ke-16, terdapat sebuah Kerajaan Jamburingin di daerah Proppo, barat Pamekasan yang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.

Raja-raja Jamburingin yang masih keturunan Majapahit itu punya rencana membangun candi untuk tempat ibadah, tepatnya di kampung Gayam, kurang lebih dua kilometer ke arah timur Kraton Jamburingin dan mendatangkan perlengkapan lewat Pantai Talang Siring dari Kerajaan Majapahit.

Pantai Talang Siring dulu dijadikan tempat berlabuh perahu-perahu dari seluruh penjuru Nusantara. sebab, pantainya landai. Pemandangannya juga indah.

Terlebih bagi armada Kerajaan Majapahit untuk mensuplai bahan-bahan keperluan keamanan ataupun spiritual di Wilayah Pamekasan. Di antaranya, pengiriman patung-patung dan perlengkapan ibadah.

Namun, setelah tiba di pelabuhan Talang, kiriman patung-patung dari Majapahit ke Kraton Jamburingin sama sekali tidak terangkat setelah tiba di Pelabuhan Talang.

Penduduk pada waktu itu hanya bisa mengangkat beberapa ratus meter dari pantai. Akhirnya penguasa Kraton Jamburingin memutuskan untuk membangun candi disekitar Pantai Talang.

Tempat Candi yang tidak terwujud itu, sekarang dikenal dengan Desa Candi Burung  merupakan salah satu Desa di Kecamatan Proppo, yang lokasinya berdekatan dengan Desa Jamburingin. Burung dalam bahasa Madura berarti Gagal.

Rencana pembangunan candi di Pantai Talang pun tidak terlaksana seiring perkembangan kejayaan Kerajaan Majapahit yang mulai memudar serta penyebaran agama Islam mulai masuk dan mendapat sambutan sangat baik di Pulau Madura. Termasuk daerah Pamekasan. Akhirnya, patung-patung kiriman dari Majapahit pun dilupakan orang serta lenyap terbenam dalam tanah.

Obyek Wisata Avalokitesvara di Pamekasan - Madura

ada yang menarik di dalam Vihara itu. Sejumlah perempuan berjilbab tampak asyik ber foto selfie. Sementara, ditengah komplek peribadatan umat tridarma itu, tampak berdiri Masjid, tepatnya Mushalla dan Pura.

Inilah keunikan Vihara Avalokitesvara. Ada rasa saling menghormati dan toleransi yang kental didalamnya. Seorang pengunjung H. Misbach mengemukakan, dirinya cukup sering ke lokasi ini. "Ini wujud toleransi beragama di Madura. Perbedaan memang bukan untuk dibesar-besarkan, namun harus saling menghormati" ujarnya yang kala itu datang bersama anak istrinya.

Keunikan Vihara ini bahkan menarik perhatian mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfudz MD yang merupakan asli Pamekasan. Beberapa waktu silam, dengan mengenakan baju koko putih, Mahfudz bersama sejumlah koleganya mendatangi tempat bermain di masa kecilnya itu. Menurut penuturannya, semasa kecil dirinya memang sering bermain ditempat ini. Lokasinya tak jauh dari Pantai Talang, Sekitar satu kilometer.

"Saya senang tempat itu (vihara). Saya sering kesana untuk bermain" Ujarnya kala itu. Dirinya memang penasaran terkait keberadaan masjid di areal tempat ibadah umat Tri Darma itu.

Musala berukuran 4x4 meter itu terlihat mencolok dengan warna hijau tua, dengan kubah berbentuk piramid berundak tiga, mirip Masjid Demak maupun Masjid umumnya di Pulau Jawa. Lokasinya tepat didepan kanan vihara. Meski tidak besar, pihak Vihara menyediakan tempat berwudu, sajadah (alas untuk Sholat), Mukena. Jarak musala dengan Vihara hanya 10 Meter.

Dari pengamatan Majalah Suramadu, bukan hanya musala yang berdiri di areal Vihara, tapi ada juga tempat ibadah untuk umat lain. Saya lihat disana ada Pura  paling dekat dengan Vihara. Namun ukuran Pura lebih kecil dari Musala, hanya 3x3 meter. Pembangunan Pura atas prakarsa Kapolwil Madura saat itu. yang berasal dari Bali dan menganut Agama Hindu.

"Wah, ini mestinya masuk Guinness Book of Record sebagai satu-satunya Vihara yang didalamnya ada Musala dan Pura. ini bukti bahwa umat beragama di Madura ini bisa hidup rukun dan berdampingan. Kalau tidak toleran tidak akan berdiri Vihara, apalagi di dalamnya ada tempat ibadah penganut agama lain" terang Mahfud yang masa kecilnya dihabiskan di Pamekasan ini sambil berkeliling Vihara.

"Ini seharusnya menjadi prototype tentang kerukunan di Madura. Seharusnya, perbedaan jangan dijadikan alasan untuk saling menyerang, merusak apalagi membunuh. Madura itu sebenarnya orang-orangnya bijaksana, bisa menerima perbedaan sebagai rahmat. Hanya terkadang ada yang memprovokasi" ujar Mahfudz sebagaimana dikutip sebuah Media Nasional.

Dan petang itu, Tjipto, Sudarwan dan Onggodo menyiapkan kertas bagi umat Budha yang akan bersembahyang di Vihara itu. Saat ketiganya asyik bekerja, sayup-sayup terdengar Adzan Mangrib dari kejauhan. Onggodo yang beragama Budha mengingatkan rekannya untuk melaksanakan Sholat Mangrib di Musolla yang berdiri di samping Vihara. Dan seluruh perbedaan itu luruh dalam harmoni alam. di Talang Siring, Pamekasan, Madura.

Oleh:Faisal Yasir Arifin (Majalah Suramadu, Edisi 8, Hal. 30-31)

Sate - Gule Mufakat Kuliner Khas Kabupaten Sampang

$
0
0

Sate - Gule Mufakat


Banyak hal yang dapat TreTan temukan ketika memasuki Kabupaten Sampang seperti Obyek Wisata Pantai Camplong, Air Terjun Toroan dan lain sebagainya. Tak hanya wisata alam saja yang ada di Sampang - Madura ini, ada juga Kuliner atau Makanan Khas Kabupaten Sampang yang banyak beda daripada makanan pada umumnya entah itu dari segi rasa maupun cara pengolahannya.

Untuk para pecinta kuliner yang terbuat dari daging kambing, TreTan perlu mencicipi sate-gule mufakat karena bukan hanya musyawarah saja yang harus mencapai mufakat, tapi rasa dari kuliner ini benar-benar mufakat. Kata Mufakat jika orang Madura membacanya jadi Mupakat yang artinya Mantap.

Letak yang sangat strategis di pusat kota membuat pecinta kuliner gampang mengakses tempat ini, tepatnya di Jl. Hasyim Ashari 25 - Sampang searah jalan ke Tugu Monumen Kota Sampang.

Sate Kambing Mufakat Kuliner Khas Sampang Madura Jawa Timur
Sate Kambing Mufakat Kuliner Khas Sampang

Depot Mufakat mulai buka pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, tapi biasanya ramai ketika jam makan siang. Rasa daging sate yang sangat empuk serta aroma rempah Gule yang sangat khas membuat orang ketagihan untuk kuliner ditempat ini lagi.

Pembelian sate ini tidak selalu sepaket dengan gule, TreTan bisa memesan salah satunya. Bisa hanya sate saja ataupun hanya gule saja sesuai penikmat kuliner yang ingin mencicipi. Selain sate dan gule depot ini juga menyediakan beberapa Camilan khas Madura seperti rengginang lorjuk, kripik tette, ting-ting kacang , dll.

Kuliner Khas Sampang Gule Kambing Mufakat
Gule Kambing Mufakat Khas Sampang
Untuk harga sate satu porsi tidak sama karena sesuai dengan permintaan kita, untuk satu porsi 10 tusuk seharga Rp. 25.000 jika dinikmati dengan Gule seharga Rp. 40.000. kita bisa memesan langsung dinikmati di tempat bisa juga di bawa pulang dengan bungkus yang khas dari depot ini yaitu berbungkus daun pisang. (oleh: Erna Sri Hartatik)

Biografi Adrian Pawitra

$
0
0
BIOGRAFI ADRIAN PAWITRA



Adrian Pawitra, dilahirkan di Bangkalan 20 Agustus 1969, adalah seorang pencinta dan pemerhati seni dan budaya Madura, Karya-karya yang telah dihasilkan adalah menyusun buku kumpulan lagu-lagu Madura (Penerbit LPKM Jakarta 2003), menyusun pantun-pantun Madura, mencipta dan mengaransir lagu-lagu Madura (Album Madurese Love Songs), menekuni seni lukis dengan motif batik Madura, menyusun Kamus Bahasa Madura-Indonesia (Penerbit PT. Dian Rakyat Jakarta, tahun 2009), menyusun Kamus Bahasa Indonesia-Madura (belum diterbitkan), menulis novel dengan setting budaya Madura, menulis puisi-puisi Madura, selain berkarya juga aktif dalam berbagai bidang organisasi yang berkaitan dengan pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Madura seperti pada : Yayasan Pragalba, sebagai ketua, LPKM (Lembaga Pelestarian Kesenian Madura) sebagai sekretaris, Komunitas Tèra’ Bulan sebagai bendahara sekaligus ketua bidang musik, juga pada Pangghellâr Bhuddhi “Nangghâlâ” pada komisi Bahasa Madura.

Wisata Taman Adipura Sumenep

$
0
0
Jika TreTan berkunjung ke Kota Sumenep, pastikan tidak melewatkan kesempatan menyambangi Taman Adipura. Selain sebagai ikon kabupaten paling timur di Madura, taman ini juga mudah di kunjungi karena berada di jantung Kota Sumenep.

Tiap hari di tempat ini selalu ramai pengunjung. Keberadaannya di pusat kota menjadi tempat yang pas untuk melepaskan lelah dari hiruk-pikuk kota. Ia menjadi taman rekreasi dengan konsep ruang terbuka hijau. Banyak pohon rindang yang akan menyegarkan suasana. Di situ juga tersedia kursi taman yang bisa dijadikan tempat bercengkerama bersama orang terdekat Tateran.

Taman Adipura akan terlihat lebih semarak saat malam menjelang, terutama malam Minggu. Pada malam-malam tersebut banyak pengunjung yang menikmati indahnya pemandangan lampu yang menghiasi taman, juga permainan yang disediakan. Bagi TreTan yang membawa anak kecil, di situ banyak disediakan arena permainan, semisal odong-odong, sepeda motor mungil, dll. Tinggal membayar sejumlah uang, anak-anak TreTan sudah bisa menikmati permainan tersebut.

Bagi penyuka kuliner, jangan khawatir, di situ banyak sekali orang jualan. Ada rujak, jagung rebus, es buah, es kacang hijau, soto, nasi, campor dan banyak lagi. Stand pedagang kaki lima ini mengelilingi tepi Taman Adipura.

Wisata Taman Adipura Kabupaten Sumenep - Madura - Jawa Timur
Taman Adipura Sumenep (anggitaramani.blogspot.com)
Pada waktu-waktu tertentu, di tempat tersebut digelar acara yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Sumenep. Dulu, ketika (alm) KH. Abdurrahman Wahid berkunjung ke Sumenep, juga ditempatkan di situ. Tempat yang strategis membuat Taman Bunga menjadi arena yang pas menyelenggarakan acara.

Sebagai taman terbuka hijau, pengelola Taman Adipura tidak memungut karcis dari pengunjung yang datang. Jadi, TreTan tidak perlu mengeluarkan duit sepeser pun. Juga tak ada biaya karcis untuk kendaraan yang mangkal di sana.

Akses untuk sampai ke tempat tersebut sangat mudah. Jika dari terminal Bus Arya Wiraraja, arahnya ke utara. Kalau menggunakan kendaraan pribadi dan bergerak dari arah Pamekasan, ikut saja jalan kabupaten, tanpa harus ke terminal dulu. Nanti akan kelihatan taman tersebut. Jika khawatir kesasar, TreTan bisa menggunakan GPS.

Daya tarik taman ini juga disumbangkan oleh kedekatannya dengan Masjid Agung Sumenep (ada juga yang menyebut Masjid Jamik). Bangunan ini berdiri pas di sebelah barat Taman Adipura, hanya dibatasi oleh jalan kota. Arsitekturnya yang dipengaruhi oleh arsitektur China menjadikannya bahan telaah sejarah sejumlah sejarawan. Mengenai Masjid Agung Sumenep ini akan dibahas pada kesempatan yang lain.

Sekian dulu pembahasan tentang Taman Adipura Sumenep kali ini. Semoga bisa menambah pengetahuan TreTan tentang wisata-wisata yang ada di Kabupaten Sumenep. Selamat berwisata.

Kuliner Khas Kabupaten Sampang Nasi Kobel

$
0
0
Kuliner ini bisa kita jumpai di daerah-daerah pesisir kota Sampang khususnya di daerah Camplong. Nasi ini awalnya adalah bekal yang dibuat oleh para istri nelayan ketika suaminya pergi melaut. Menunya cukup sederhana hanya nasi , beberapa ikan laut, sambal kelapa dan sambal “Buje Cabbih” (Garam dan Cabe yang di ulek tanpa air) kemudian dibungkus daun pisang.

Kata Kobel berasal dari bahasa Madura “Korang Abelih” yang artinya kalau kurang kembali lebih jelasnya berarti jika anda kurang boleh kembali.

Yang menjadi ciri khas dari nasi ini adalah sambal kelapanya. Jika biasanya kita menikmati sambal kelapa yang disangrai atau dikukus, untuk nasi kobel sambalnya di panggang di atas cowek sehingga ada rasa khas yang sulit dijelaskan.

Kuliner Khas Kabupaten Sampang Nasi Kobel Madura - Jawa Timur
Nasi Kobel

Jika kita dari kota Sampang menuju kearah Kota Pamekasan, mulai dari Wisata Pantai Camplong hingga ke timur sampai ke daerah Sejati, kita akan menjumpai warung-warung kecil dipinggir jalan yang menyajikan nasi Kobel, yang sebagian besar milik warga sekitar kampung nelayan Camplong. Warung ini buka mulai jam 2 siang (14.00 WIB) sampai malam bahkan kadang sampai menjelang subuh.

Untuk menikmati kuliner ini kita tidak perlu meneluarkan uang yang banyak , karena kuliner ini sangat murah meriah. Hanya dengan Rp. 6.000 kita sudah bisa menikmati kuliner khas para nelayan kota sampang ini dengan suguhan pemandangan Pantai Camplong.

Nikmatnya Kaldu Sumsum Kuliner Khas Sampang

$
0
0
Kaldu sumsum ini hanya bisa dijumpai di Depot Al-Ghozali tepatnya di daerah Tanglok yaitu di Jl. Diponegoro 34A Sampang, Sampang kota ke selatan arah ke kota Pamekasan persis berada disebelah kanan jalan.

Yang membuat unik dari tempat ini adalah cara penyajiannya, kaldu ini disajikan lengkap dengan tulang dengkul sapinya sehingga penikmat kuliner bisa menikmati sumsum dengan menggunakan sedotan layaknya minum es teh.

Depot Al-Ghozali ini dikelola oleh Hj. Nur Hasanah yang merupakan anak dari Abah Ghozali yang sudah sangat terkenal di kota Sampang karena kabarnya sudah sekitar 40 tahun mengelola depot kaldu ini. Depot Al-Ghozali buka mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB , tetapi puncak keramaian justru pada jam 12.00 WIB tepat pada jam makan siang.

Lokasi Kaldu Sumsum Sampang - Madura


Al-Ghozali penyedia Kaldu Sumsum


Harga dari kaldu sumsum ini ada dua variasi, karena ada kaldu sumsum biasa ada juga kaldu sumsum yang special. Untuk kaldu sumsum yang biasa dibandrol dengan harga Rp.45.000, sedangkan untuk yang special seharga RP.60.000.

Kaldu Sumsum Khas Sampang

untuk yang special ada bumbu tambahan yaitu Ramuan Khas Madura yang biasanya sangat disukai oleh para pecinta kuliner asing yang berkunjung ke tempat tersebut. Untuk pembelian yang tidak di makan ditempat Depot ini menyediakan wadah khusus untuk sumsum ini yaitu toples, sehingga sumsum ini akan awet walau dibawa ke perjalanan jauh.

Ramuan Khas Madura

Kuliner Bebek Songkem Goreng dan Kukus Khas Sampang

$
0
0

Bebek Songkem Sampang


Madura pada akhir-akhir ini sangat terkenal sekali dengan olahan bebek, karena daging bebek mempunyari ciri khas yang membuat beda dengan daging lainnya. Pengolahannya pun juga harus pintar untuk menghilangkan aroma khas bebek yang sangat menyengat.

Namun kadang ada pecinta kuliner yang menghindari olahan bebek karena beberapa alasan, alasan yang sangat masuk akal karena bebek kandungan kolesterolnya sangat tinggi. Kini permasalahan kolestrol bebek sudah teratasi dengan adanya Bebek songkem, karena bebek songkem pengolahannya berbeda dari biasanya.

bebek utuh yang sudah dibersihkan dan diberi bumbu kemudian dibalut daun pisang dan dikukus +/- 4 jam, sehingga daging nya sangat empuk dan bumbunya juga sangat terasa. Bebek songkem ini bisa kita nikmati di Warung Bebek Songkem Rajawali yang merupakan cabang dari Bebek songkem Somber Oto’ yang sudah terkenal sejak dahulu.

Kuliner Bebek Songkem Kukus Khas Sampang Madura

Warung ini terletak di Jl. Rajawali Sampang, selatan RSUD Sampang tempatnya sebelah kiri jalan. Warung ini buka mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB. Warung bebek ini menyediakan dua varian rasa bebek songkem, Bebek Songkem Natural yaitu bebek songkem biasa yang hanya cukup dikukus saja.

Lokasi warung bebek Songkem Sampang Madura
Lokasi Warung Bebek Songkem Khas Sampang
Dan bebek songkem goreng, untuk bebek songkem goreng hanya menambahkan satu kali pengolahan lagi. Bebek yang sudah di kukus kemudian di goreng yang tetap tidak mengurasi rasa khas bebek songkem.

Bebek Songkem Goreng Sampang
Bebek Songkem Goreng Sampang
Satu bebek songkem bisa dinikmati oleh 4-5 orang, untuk menikmati bebek songkem yang biasa kita harus mengeluarkan biaya Rp. 60.000, sedangkan untuk yang Bebek Songkem Goreng seharga Rp. 65.000
Viewing all 333 articles
Browse latest View live