Quantcast
Channel: Gerbang Pulau Madura
Viewing all 333 articles
Browse latest View live

Sultan R. Abdul Kadir Cakra Adiningrat II

$
0
0
SULTAN R. ABDUL KADIR CAKRA ADININGRAT II
(SULTAN R. ABD. KADIRUN)
(1815-1847 M)

Secara umum beliau disebut R. Abdul Kadirun walaupun dalam Prasasti yang terukir di Mihrab Masjid Agung Bangkalan, terukir Maulana Abdul Kadir bin Almarhum Maulana Abdurrahman. 

Beliau adalah Putra kedua Sultan Abduh (Sultan R. Abdurrahman Cakraadiningrat I) dari 13 bersaudara. Ibunya adalah R. Ayu Saruni Permaisuri ke 2 Sultan R. Abdurrahman, Cangga (Cucu Buyut) dari Pangeran Cakraningrat II (Panembahan Siding Kamal). Perlu dijelaskan bahwa R. Ayu Saruni, Pasareannya ada di Buju’ Aghung Dedelan (Pasarean keluarga Kerajaan di luar Kraton, sekarang Jl. KH. Moh. Toha RT.2 / RW. 06 dalam lingkungan Pondok Al-Ikhlas Bangkalan). Asuhan KH. Zainuddin, SH.

Catatan sejarah tentang Tahun Kelahiran Sultan R. Abdul Kadirun tidak tertulis dengan pasti tapi penulis memberanikan diri menghitung mundur, tahun lahir beliau berasal dari tahun wafat beliau, bahwa Sultan R. Abdul Kadirun wafat pada tahun 1847 M, dalam usia 69 Tahun.

Jadi, Insya Allah Beliau dilahirkan pada tahun 1778 Masehi (1847-69). Sejak muda Beliau selalu mendapat tugas-tugas berat dari ayah beliau, misalnya pada tahun 1880 Masehi pada usia yang masih sangat muda (22 tahun), Sultan R. Abdul Kadirun atau disebut juga R. Tumenggung Mangkudiningrat, telah memimpin Pasukan Bangkalan sebanyak 500 orang dalam perang melawan Inggris pada Perang Cilincing di Batavia, sekarang Jakarta. 

Tak lama kemudian dalam usia 23 tahun karena keberanian dan jasa-jasanya, Beliau mendapat Gelar Pangeran disertai hadiah-hadiah berupa Talam Emas itu terjadi dalam tahun 1801 Masehi, dua tahun kemudian pada usia 25 tahun, Beliau dipersiapkan sebagai Raja Muda (Ratoh Megang) untuk menggantikan ayah Beliau, dengan Gelar Pangeran Adipati, itu terjadi pada tahun 1803 Masehi.

Sebagai seorang Raja Muda pada tahun 1803 Masehi dengan membawa kekuatan Pasukan Bangkalan sebanyak 1000 orang Beliau berangkat ke Daerah Cirebon, berperang dan berhasil menekan perlawanan R. Bagus Idum, yang sangat sangat ditakuti oleh Belanda, sehingga beliau mendapat Penghargaan berupa Keris Indah bergagang Emas Bertabur Intan, yang sekarang tersimpan di Museum Betawi Jakarta Pusat (semoga TreTans suatu saat bisa kesitu). Tahun 1815 Masehi, Sultan R. Abdurrahman Cakraadiningrat 1 wafat, sehingga dalam usia 37 tahun, Sultan R. Abdul Kadirun naik tahta kerajaan Madura Barat III, saat itu pula Bangsa Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Kompeni Belanda (Senin, Syawal 1743 Tahun Jawa) atau Tahun 1815 Masehi. 

Gubernur Jendral Baron Van Der Capellen tahun 1824 Masehi meminta bantuan Sultan R. Abdul Kadirun untuk mengirim Pasukan Bangkalan Madura dalam Perang Bone di Sulawesi. Pasukan ini dipimpin oleh putra ke-8 Beliau, yaitu Pangeran Suryo Adiningrat (Pangeran Sorjah), dengan Kekuatan 900 Pasukan Bedil, 600 orang prajurit bersenjata tombak, 80 orang Pasukan Berkuda, 2 buah meriam. 

Bahwa kecakapan tempur Pasukan Bangkalan Madura ini, saat itu benar-benar menggetarkan seluruh jawa. Pasukan ini berangkat ke Sulawesi Selatan dan bekerja sama dibawah komando Mayor Van Geen, dalam perang itu pula Calon Putra Mahkota Sultan R. Abdul Kadirun, Pangeran Adipati Seco Adiningrat IV (R. Moh. Yusuf) dan menantu Sultan Pangeran Atmojo Adiningrat. Pangeran Suryo Adiningrat mendapat Pangkat Letnan Kolonel dan Mayor.

Tujuh bulan berada di Bone, Pasukan Bangkalan Madura ini, ditarik kembali ke Madura dan 2 tahun kemudian tahun 1883 Masehi kembali Pasukan Bangkalan Madura dikirim ke Jogjakarta dalam Perang Diponegoro. Enam bulan berperang disana, Pangeran Seco Adiningrat IV (R. Moh. Yusuf putra ketujuh Sultan), menjadi Kolonel dan Pangeran Suryo Adiningrat , Pangeran Atmojo Adiningrat berpangkat Letnan Kolonel. 

Tahun 1831 Masehi, Korps Barisan dibentuk di Madura dan 2 tahun kemudian 1833 Masehi kembali Pasukan Bangkalan Madura diberangkatkan dalam perang Jambi, kali ini pemimpin pasukannya adalah Pangeran Adinegoro (Ibrahim). Putra ke-18 dari Ibu Nyai Djai, tahun 1846, Pasukan Bangkalan Madura berangkat dalam ekspedisi yang pertama di bawah pimpinan Pangeran Adinegoro dalam Perang Bali. 

Dapat diambil kesimpulan bahwa masa pemerintahan Sultan R. Abdul Kadirun, seolah-olah disibukkan oleh masa-masa perang, itu tidak berarti Beliau meninggalkan tugas Kepemerintahannya yang lain, satu contoh bahwa sebagai seorang Satrio Pinandito (Ulama dari Umaroh yang bersatu dalam pribadi Beliau), Sayyidin Panotogomo, Beliau telah membuka Masjid Kraton Kerajaan untuk kepentingan Ibadah Rakyat Umum (Masjid Agung Bangkalan yang dipakai sampai sekarang). 

Uraian tentang hal tersebut diatas dapat dibaca dalam buku Sultan R. Abdul Kadirun hubungannya dengan Masjid Agung Bangkalan, karya tulis (R. Moh. Sasra). 

Beliau mendasarkan watak kepemimpinannya pada Asta Brata, 8 sifat Kepemimpinan dari sudut pandang Budaya Jawa (tertulis dalam buku : Alm. Sumarsaid Murtono), yaitu : 
1. Demawan (Indra) 
2. Tegas (Yama) 
3. Ramah Tamah (Suya) 
4. Kasih Sayang (Candra) 
5. Cermat (Bayu) 
6. Pemberi Kegembiraan (Kuwera) 
7. Cerdas (Baruna) 
8. Keberanian (Brahma) 

Akhirnya pada hari Kamis Legi II Syafar, 1775 tahun Jawa atau tanggal 28 Januari 1847 Masehi, Sultan R. Abdul Kadirun Cakradiningrat II atau Sultan R. Abdul Kadirun, berpulang ke Rahmatullah pada usia 69 tahun, jenazah beliau dikebumikan di Pasarean Congkop (Makam Raja Bangkalan dan Keluarganya), di belakang Masjid Agung Bangkalan. 

Beliau mengendalikan Pemerintahan, yang bersifat MONARKI (Sistem Pemerintahan Kerajaan), selama lebih kurang 32 tahun dan beliau adalah Raja Generasi ke-II Panembahan Lemah Duwur (R. Pratanu) di Kerajaan Madura Barat Bangkalan pada Pasarean Beliau terdapat Lambang Prasasti Cakra bersudut 8, yang berarti WOLU (Wohing Laku = Buwena Lako atau Lakonnah Badan/Bahasa Madura), yang menurut uraian Almarhum R. Ario Saleh Saeryowinoto, manusia harus mempunyai watak yang 8 (delapan) yaitu: 
1. Prilaku Bumi – Teduh dan melindungi yang tertindas 
2. Prilaku Air – Pendingin Suasana 
3. Prilaku Angin – Sejuk 
4. Prilaku Samudra – Watak Sabar, Nerimo 
5. Prilaku Candra / Bulan – Membuat orang lain tentram 
6. Prilaku Matahari – Memberi warna kehidupan 
7. Prilaku Api – Tegas menentukan benar dan salah 
8. Prilaku Gunung – wibawa karena disegani, bukan “ditakuti” 

Tentang Peri Kehidupan Beliau, sebagai seorang Sultan Beliau didampingi seorang permaisuri (Garwa) Patmi), R. Ayu Masturah (Ratoh Ajunan), cucu panembahan Cakraningrat V (Panembahan Sedho Mukti) dan 7 (tujuh) orang Garwa Ampiyan (Selir): 
1. Ratu Timur (R. Ayu Saina) 
2. Nyai Reno 
3. Nyai Jai 
4. R. Kenoko 
5. R. Citrowati 
6. R. Siya 
7. R. Ajeng Trisnowati (Mas Ajeng Ratnowati) 

Dari ke-8 Garwo/Istri ini diturunkan putra-putri Beliau sebanyak 46 (empat puluh enam) seperti yang tercantum dibawah ini : 
1. R. Ayu Pangeran Atmojodiningrat (Ngaisa) 
2. R. Ayu Raiya 
3. Pangeran Noto Adiningrat (Hosen) 
4. R. Ayu Tmg. Mangkuadiningrat (Raisa) 
5. R. Ayu Ario Jaying Rasminingrat 
6. R. Ayu Stina 
7. Pnb. Cakra Adiningrat VII (R. Moh. Saleh) 
8. Png. Suryo Adiningrat (Abdussaleh) atau Pangeran Sorjah 
9. Ratu Paku Buwono VII (R. Ayu Srija) 
10. R. Ayu Tmg. Cokro Negoro (Sariganten) 
11. R. Bakir, ibunya Ratu Timur (R. Ayu Saina) 
12. Png. Sosro Adiningrat, ibunya Ratu Timur R. Ayu Saina 
13. R. Ayu Tmg. Purwo Negoro (Nurisa), Ibunya Ratu Timur 
14. Satu Putra, Meninggal, Ibunya Nyai Reno 
15. R. Ayu Supiya, Ibunya Nyai Reno 
16. R. Ayu Maryam, Ibunya Nyai Reno 
17. Satu Putra, Meninggal, Ibunya Nyai Jai 
18. Png. Adinegoro (Ibrahim), Ibunya Nyai Jai 
19. R. Ayu Tmg. Purwo Negoro (Janiba), Ibunya R. Kenoko 
20. R. Ayu Tmg. Broto Adinegoro (Janiba), Ibunya R. Kenoko 
21. R. Ali 22. R. Ayu Tmg. Cokro Kusumo (Asia) 
23. R. Ayu Srina 
24. Png. Cokro Negoro (Hasan) 
25. Png. Cokro Kusumo (Abdur Rasyid) 
26. R. Ayu Ario Suro Dipuro (Stia) 
27. R. Ayu Rusya 
28. R. Ayu Ario Mloyo Musumo (Halima) 
29. R. Ayu Ario Brotoningrat (Matrya) 
30. R. Ayu Ario Cokrodiputro (Manten) 
31. Png. Cokrowinoto (Jamilun) 
32. Seorang Putra Meninggal, Ibunya R. Citrowati 
33. Png. Mangku Adinegoro (Abdussamad alias Kondur), Ibunya Mas Ajeng Retnowati 
34. Png. Prawiro Adinegoro (Amir) 
35. Png. Prawiro Adiningrat (Sleman) 
36. R. Ayu Ario Surodipuro (Nurani) 
37. R. Ayu Sulodilogo atau Brotoningrat (Sripa) 
38. Png. Suryonegoro (Hasyim), Bupati Pertama Bangkalan 
39. Seorang Putra Meninggal, Ibunya R. Siya 
40. Seorang Putra Meninggal, Ibunya R. Ajeng Trisnowati (Mas Ajeng Ratnowati) Pasareannya ada di Congkop – Bangkalan 
41. Png. Sastronegoro (Santara) 
42. Png. Sosro Winoto (Kadimin) 
43. R. Ayu Ario Purwowinoto (Slama) 
44. Png. Suryowinoto (Abdurrahman) 
45. R. Ayu Ario Joyokusumo (Grambang) 
46. R. Ayu Kembar 



Diambil dari Buku Risalah Tahlilan "Memperingati Hari Wafat Sultan R. Abd. Kadir Cakra Adiningrat II (Sultan R. Abd. Kadirun) ke 166, 25 Desember 2012 (11 Syafar 1434 H) Yayasan Ta'mirul Masjid Agung Bangkalan Bagian Makbaroh, Jl. Sultan R. Abd. Kadirun No. 5 Bangkalan

LOKASI PASAREAN CONGKOP MAKAM RAJA BANGKALAN
SULTAN R. ABDUL KADIRUN

Berikut adalah letak dari makam atau kuburan Sultan R. Abdul Kadirun jika diakses lewat Jembatan Suramadu.


Kuliner Khas Bangkalan Madura Lopes dan Cetter

$
0
0
Kuliner Khas Bangkalan Madura Lopes dan Cetter

Berbagai jenis Kuliner Khas Madura semakin tergeser oleh adanya makanan dari luar bahkan bisa jadi lambat laun akan punah dan tinggal cerita para orang tua untuk anaknya yang penasaran tentang rasa dan bentuk dari makanan yang pernah populer di kalangan masyarakat madura.

Lopes dan Cetter merupakan Kuliner khas Madura yang dahulu menjadi primadona makanan ringan khususnya Kota Bangkalan - Madura. Makanan tersebut dulu sering dijajakan keliling atau membuka lapak kecil dipinggir jalan. Dahulu TreTans sering membeli makanan tersebut yang seringkali melewati rumah dan terkadang juga membelinya di lapak pinggir jalan dekat rumah yang biasanya buka tiap pagi.

Saat ini sangat jarang ditemui makanan tradisional Bangkalan - Madura ini, penjaja yang biasa lewat rumah sudah tak tak pernah lagi ada dan lapak kecil didekat rumah tak lagi menjajakan makanan dengan ciri khas lelehan gula merah diatasnya ini.

Beberapa waktu lalu, TreTans mendapat info dari salah satu teman bahwa masih ada penjaja makanan Lopes dan Cetter didekat Kantor Kelurahan Demangan - Bangkalan. Pada malam hari sekitar jam 8, kami berangkat menuju penjaja makanan madura dan disana kami menemukan makanan khas tersebut yang dijajakan oleh ibu dan nenek.

Sedikit kami bertanya tentang makanan Lopes dan Cetter yang lopes sendiri bahan dasarnya dari Ketan Putih yang lama proses perebusannya kurang lebih 7 jam yang dibungkus dengan daun pisang. Cara memotongnya-pun masih memakai cara lama yakni menggunakan benang. Setelah lopes dipotong menjadi bagian kecil, kemudian diatasnya ditaburi parutan kelapa dan gula merah.

tak hanya Lopes dan Cetter yang dijajakan, Rujak Petis dan Bihun juga mewarnai lapak makanan yang biasa dijajakan dipinggir jalan kota tersebut.

Lapak sederhana itu buka sekitar jam 6 sore hingga setengah 9 malam dan terkadang lebih awal tutup jika stok kuliner madura sudah habis diburu oleh masyarakat sekitar.

dan berikut adalah dokumentasi kami mengenai Kuliner Khas Bangkalan Madura, Lopes dan Cetter:








LOKASI PEDAGANG MAKANAN KHAS BANGKALAN MADURA, LOPES & CETTER


Klik Gambar untuk Peta Digital Google Maps

Puisi Madura - Ngaterroè Bintang - Menginginkan Bintang

$
0
0
Serial Puisi Madura - Ngaterroè Bintang 
(Sè ngangghit : Bintang Aprilia)



Malem m’pon ngombâr, bulâ nongngo’ bulân... atè seḍḍhi, aromasa jhâ’ bulâ lakar bi’-dhibi’ân, bulâ mandhengngè bintang... atè bhunga, bulâ yâkèn ghi’ bânnya’ t’rèsna mongghu ka bulâ, bulâ noddhu’â sèttong bintang kaangghuy abhârengngè lem-malemma bulâ, èngghâ lagghu’ ghu-lagghu bintang pagghunna asonar, arowa’ ro tang Mataarè


TERJEMAHAN
Serial Puisi Madura - Ngaterroè Bintang

Malampun tiba… Ku tatap bulan… Ku sedih… Ku sadar ku sendiri… Ku pandang bintang… Ku bahagia… Ku yakin ada banyak cinta untukku… Kan ku tunjuk satu bintang untuk temani malam-malamku… Hingga esok pagi bintang kan tetap bersinar… Itulah Matahariku…


Pencarian:
Puisi Bahasa Madura, Kumpulan Puisi Madura, Puisi Templates, Puisi Madura Pendidikan, Puisi Cinta berbahasa Madura, Artikel Puisi Madura, Sejarah Puisi dari Madura.

Serial Lagu Madura (bagian I) - KEMBHÂNG MALAṬÈ - BUNGA MELATI

$
0
0
Serial Lagu Madura (bagian I)
KEMBHÂNG MALAṬÈ 
(Sè Ngangghit : Abd. Moeid Qowy)



KEMBHÂNG MALAṬÈ
(Bahasa Madura)

Kembhâng malaṭè potè, bâuna ro’om ngapèncotè
Ghi’ bhuru èpeṭṭèk ḍâri Taman Sarè, ropana cengngar tor asrè
Bânnya’ kembhâng sè saè, ta’ seḍḍhâ’ akadhi malaṭè
Mènangka pangèsto ka ator ka pottrè, sè seḍḍhâ’ akadhi Malaṭè.



BUNGA MELATI
(Bahasa Indonesia)

Bunga melati putih, baunya harum memesona
baru saja dipetik dari taman sari, nampak segar dan asri
banyak bunga yang bagus, tidak seelok seperti melati
persembahan sebagai tanda kasih setia untuk sang putri, yang elok seperti melati


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Serial Lagu Madura (bagian II) - KEMBHÂNGNGA NAGHÂRÂ - BUNGA BANGSA

$
0
0
Serial Lagu Madura (bagian II)
KEMBHÂNGNGA NAGHÂR 
(Sè Ngangghit : R. Amiruddin Tjitraprawira)


Pangeran Sidingkap (Cakraningrat IV)


 KEMBHÂNGNGA NAGHÂRÂ
(Bahasa Madura)

Onènga panjhennengan sadhâjâ para pottra è Madhurâ,
Jhâ’ ḍhimèn ghi’ bâkto jhâman rajjhâ, bâḍâ kembhângnga naghârâ
Kembhâng bhuru ḍâri Sambhilângan, karatonna è ka’ḍissa
Mongghing bârâ’ lao’na Bhângkalan, mangkèn ampon dhâddhi dhisa.
Pangèran Cakraningrat pèng empa’, kasebbhut sèḍhingkap jhughân
k’sastrèya panèka ampon nyata, soccè abhillâ naghârâ
k'sastrèya sè gâgâ’ bângal bhuru, èjhi-pojhi ta’ bu-ambu
bhâḍhi kaca ghebbhâng para ngoḍâ, pamonḍhi Madhurâ.



BUNGA BANGSA
(Bahasa Indonesia)

Tahukah anda semua putra-putra di Madura, bahwa dulu waktu jaman kemakmuran.
ada Bunga Bangsa, bunga itu berasal dari Sambilangan, keratonnya ada disana,
Sebelah Barat agak ke selatan Bangkalan, sekarang sudah menjadi desa,
Pangeran Cakraningrat yang ke empat, disebut juga dengan Sidingkap.
Kesatria ini sudah nyata suci membela negara,
kesatria yang gagah berani tadi, dipuja-puja tiada henti-hentinya,
menjadi suri teladan yang baik untuk generasi muda, Pewaris Madura.


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Serial Lagu Madura (bagian III) - OLLÈ OLLANG - MENDAPATI ARAH

$
0
0
Serial Lagu Madura (bagian III) 
OLLÈ OLLANG 
(Sè Nganghit : N.N)




OLLÈ OLLANG
(Bahasa Madura)

Ollè ollang, parao alajârrâ, alajâr ka tèmor ḍâjâ
Ollè ollang, alajârrâ ka Madhurâ
Ollè ollang, alajârrâ ka Madhurâ

Ollè ollang, paraona alajârrâ
Ollè ollang, alajârrâ ka Madhurâ

Ollè ollang, tojjhuânna ka mor ḍâjâ
Ollè ollang, alajâr ḍâri Sorbhâjâ
Ollè ollang, wa’ sè lajârrâ la èbhâbbhâr.



MENDAPATI ARAH
(Bahasa Indonesia)

Mendapati arah, perahu akan berlayar, berlayar ke timur laut
Mendapati arah hendak berlayar ke Madura
Mendapati arah hendak berlayar ke Madura

Mendapati arah, perahunya akan berlayar
Mendapati arah hendak berlayar ke Madura

Mendapati arah, tujuannya ke timur laut
Mendapati arah, berlayar dari Surabaya
Mendapati arah, itu yang layarnya sudah di urai


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Serial Lagu Madura (bagian IV) SANAJJHÂN APÈSA - WALAU BERPISAH

$
0
0
Serial Lagu Madura (bagian IV)
SANAJJHÂN APÈSA - WALAU BERPISAH 
(Sè Ngangghit : Adrian Pawitra)



 SANAJJHÂN APÈSA
(Bahasa Madura)

Sanajjhân sakabbhina pangarebbhân tor jhânjhi, pon la sèrna salanjhângnga.
Namong dhika ghi’ pagghun bâḍâ è atè bulâ saterrossa
Jhâ’ sakèngnga dhika atotor palasdhâ, ma’lè bulâ pas ngartè
Anapè dhika maposang atè sè sangsara

Ḍu... atè seḍḍhi amarghâ dhika bân bulâ tapèsa
s’malem bhentèng, ḍu.. bulâ jâng-bâjângan ka dhika,
ḍu Lè’.. raddhin, palèrègghâ ngapèncotè

Mon pas èmot bâkto dhika bân bulâ sè apolong
Ka bârâ’ so ka tèmor, aton-tonton cè’ sennengnga
Ta’ mèkkèrè sakalèlèngnga, bhunga ongghu!



WALAU BERPISAH 
(Bahasa Indonesia)

walau segala harapan dan janji telah hilang tuk selamanya
namun dirimu tetap ada dihatiku selamanya
andai kau mengatakan dengan jelas, biar aku menjadi mengerti
mengapa dirimu membuat gelisah hati ini.

Oh.. hati sedih, karena kita terpisah
semalam suntuk, oh kuterbayang-bayang akan dirimu
Oh kasihku yang jelita, lirikanmu sungguh memesona

Jika teringat saat kita masih bersama
kemanapun kita selalu bergandengan tangan, sangat menyenangkan
tidak memerdulikan sekitarnya, sungguh membahagiakan.


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Sejarah Sunan Cendana di Kec. Kwanyar - Bangkalan

$
0
0
Dapet info tentang salah satu Blog yang menceritakan tentang daerahnya, dialah blog kwanyarku.blogspot.com didalamnya terdapat berbagai macam postingan dari sejarah hingga kuliner dari daerah Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan, Madura. Setelah mendapat izin untuk memposting kembali salah satu artikelnya yang berjudul "Sejarah Sunan Cendana di Pulau Madura / Pulau Garam", maka TreTans akan berbagi kembali buat pengunjung setia blog ini dan berikut kisahnya:

Sejarah Sunan Cendana di Kec. Kwanyar - Bangkalan

Sunan Cendana adalah cucu dari sunan ampel. beliau ( sunan cendana ) keturunan ke 25 dari Nabi Muhammad saw. dan nama asli dari sunan cendana adalah syeikh zainal abidin.
sunan cendana diberikan julukan dari masyakat dikarenakan ada suatu kejadian yang sangat luar biasa. beliau sunan cendana bertapa di sebuah pohon cendana sehingga masyarakat lebih mengenal sunan cendana.
Sesepuh kwanyar menceritakan bahwa ada suatu kejadian hebat / mukjizat dalam perjalanan sunan cendana. ketika pada jaman dulu ada sebuah masjid yang membutuhkan beduk untuk dijadikan tanda waktunya sholat.

masyarakat setempat memtuhkan kayu besar untuk membuat beduk dikarenakan masyarakt berkeinginan beduk tersebut tidak ada sambungan. masyarakat setempat setelah melakukan perembukan untuk pembuatan beduk untuk masjid, dan masyarakat mulai meninjau pohon besar disekitar daerah tersebut akhirnya menemukan sebuah pohon cendana yang cocok sesuai dengan keinginan.

berbondong bongdonglah masyarakat untuk memotong kayu tersebut. ketika pada saat pemotongan kayu cendana tersebut terdengar suara minta tolong suara pohon tersebut berkata "potonglah saya lebih tinggi karena akan kena kepala saya" dengan spontan masyarakat yang melakukan pemotongan kayu cendana tersebut kaget dan terkejut, maka diikutilah perintah suara dari pohon cendana tersebut, setelah bagian atas terpotong waktunya memotong bagian paling bawah, dan pohon tersebut kembali berbicara "tolong potong kebawahan agar tidak kena kaki saya. masyarakat langsung melakukan pemotongan sesuai dengan perintah dari pohon cendana tersebut.



setelah bagian atas dan bawah tersebut terpotong dan muncullah sesosok pria dari kayu cendana tersebut dan berkata terima kasih atas bantuan saudara semuanya untuk tidak memotong terlalu tendah dan tidak terlalu tinggi. orang tersebut adalah syekh zainal abidin yang berjulukan sunan cendana. dan beduk tersebut masih ada sampai sekarang dimaajid tersebut.

sunan cendana diperintah oleh sunan ampel untuk menyebarluaskan ajaran agama islam di madura dikarenakan masyarakat madura masih belum mengenal ajaran islam. maka sunan cendana mengikuti perintah yang diamanatkan oleh sunan ampel sesuai dengan petunjuk untuk melakukan ajaran islam di bagian kepulauan madura ( yang lebih kita kenal adalah PULAU GARAM), maka berangkatlah sunan cendana /syehk zainal abidin menuju ke pulau madura dengan berjalan kaki dari surabaya mwnuju kepulau garam/pulau madura, ketika pada jaman dulu tidak ada kendaraan seperti jaman sekarang maka berjalanlah beliau untuk menuju ke pulauan tersebut.

syekh zainal abidin dalam perjalanannya banyak rintangan yang menghalangi diantaranya pada saat menyeberangi laut diselat madura, ketika itu ada seekor ikan mondung besar yang menghampirinya dipinggiran pantai dan berkata "saya siap mengantarkan kanjeng sunan" dan naiklah sunan cendana dipunggung ikan tersebut menuju pulau madura. sesampai dipinggiran pantai madura tepatnya di kecamatan kwanyar di sebelah timur pantai rongkong dan turunlah sunan cendana tersebut dari ikan mandung.

sunan cendana berkata kepada ikan mondung tersebut " hai ikan imbalan apa yang engkau mau dari saya" dan ikan mondung tersebut berkata "saya tidak mengingankan apa-apa melaikan berokah darimu". dan sunan cendana secara spontan berjanji kepada ikan mondung tersebut " apabila ada keturunan saya yang memakan engkau dan keturunanmu maka  keturunan saya akan mengalami suatu penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan atau diobati". ikan mondung tersebut langsung pergi ketengah lautan diselat madura dan sunan cendanan cendana tersebut ber istirahat di sebelah pinggiran pantai rongkang dan tempat tersebut disebut Palenggien, setelah beristirahat sunan cendana melanjutkan kembali perjalanan dalam tekat menyebarluaskan ajaran agama islam di belahan madura ( pulau garam )

ada kejadian yang sangat luar biasa.. -> lanjut disini 

sumber: kwanyarku.blogspot.com

Pencarian:
Sejarah Sunan Cendana Kwanyar Madura, Bani Zainal Abidin Sunan Cendana, Sunan di Bangkalan, Kisah Wali Songo, Sejarah dan Kisah Sunan di Madura, Tempat bertapa Sunan di Bangkalan Madura.

Ekspedisi Benteng Fort Sumenep - Tim Songennep Tempo Doeloe

$
0
0
Ekspedisi Benteng Fort Sumenep - Tim Songennep Tempo Doeloe

Melanjutkan postingan yang tertunda setelah hampir 4 bulan lamanya, Kami mencoba menelusuri peninggalan bersejarah lainnya di wilayah distrik 3 wilayah Kota Sumenep. Kali ini objek yang kami telusuri yaitu “Fort Soemenep” atau yang dikenal oleh Masyarakat sekitar dengan sebutan “Benteng Kalimo’ok”.

Fort Soemenep sendiri menurut prasasti yang ada di depan benteng, menerangkan bahwasanya benteng tersebut dibangun pada tahun 1785 oleh VOC. Benteng Fort Sumenep dibangun tak jauh dari lokasi pembangunnya yang pertama di “ Loji Kantang” . Benteng Fort Soemenep berada di dusun bara’ lorong, Desa Kalimo’ok, Kecamatan Kalianget jaraknya sekitar 5 km dari pusat kota Sumenep

Desa Kalimo’ok merupakan daerah dekat pesisir jaraknya hanya sekitar 3 km dari bibir pantai, lokasinya juga tidak jauh dari Kali Marengan sebagai jalur perdangan utama untuk memasuki kawasan kota. Lebih dari itu lokasi ini juga sangat strategis karena daerahnya agak tinggi dan pandagannya langsung menuju selat Madura. Segala aktifitas keluar masuk kapal dari selat Madura ke kali marengan terpantau jelas dari bangunan utama benteng.

Fort Sumenep atau lebih terkenal dengan sebuatan benteng Kalimo’ok bangunannya berbentuk persegi dilengkapi dengan 4 buah bastion di setiap sudut-sudutnya. Benteng ini juga dilengkapi beberapa buah meriam yang salah satunya tertuju pada satu arah yakni “ Selat Madura”. Semua bastion masing-masing juga dilengkapi beberapa lubang ukuran 50x70 cm sebagai tempat pengintaian.

Fort Sumenep, luasnya kurang lebih 12.750 M2 dengan panjang tembok 150 meter dan lebar 100 meter. Ketebalan dinding keseluruhan 3 meter. Didalamnya juga terdapat 2 buah penjara. Benteng ini juga mempunyai 2 pintu yang kesemuanya mencerminkan arsitektur kolonial. Pediment di kedua pintu gerbangnya juga masih berdiri kokoh hingga saat ini, hampir mirip dengan pintu masuk labhang mesem di Karaton Sumenep.

Seperti yang tertera pada gambar peta Kota Soemenep tahun 1883. Didalam benteng sebenarnya ada 4 buah bangunan . Sayangnya keempat buah bangunan tersebut sudah hilang diganti menjadi bangunan-bangunan baru untuk fasilitas gedung dinas peternakan dan juga lapangan volley, hanya ada satu bangunan yang bisa dibilang umurnya sudah cukup tua, kemungkinan merupakan sisa bagian dari bangunan-bangunan lainnya yang sudah dibongkar. Arsitektur dari bangunan ini juga mencerminkan gaya bangunan Kolonial. Secara sekilas nampak seperti bangunan berkubah dengan ketebalan dinding dalam hampir mencapai 1 meter.

Menurut persepsi masyarakat, bangunan ini merupakan musholla yang ada sejak jaman VOC, sebab ada kubah diatasnya. Namun persepsi masyarakat tersebut sebenarnya kurang benar. Menurut penuturan Bapak Sulaiman, salah sorang pegawai dinas peternakan yang ditugaskan untuk menjaga lokasi tersebut, Bangunan tersebut difungsikan sebagai musholla hanya pada era pemerintahan orde baru saja, tatkala Benteng tersebut dialih fungsikan sebagai pusat peternakan sapi Madura.

Di utara Benteng saat ini terdapat bangunan Kandang Sapi yang ukurannya cukup luas, namun sejak jaman reformasi hingga sekarang sudah tidak difungsikan lagi. Saat ini kondisinya juga sangat memperihatinkan, hampir mirip dengan kondisi bangunan utama Benteng yang dibeberapa sudutnya sudah ditumbuhi semak belukar dan hancur.

Berikut foto-foto kondisi terkini Kondisi Fort Soemenep tahun 2013. Penelusuran kali ini juga kami abadikan menjadi film documenter bersama teman-teman Songennep Tempo Doeloe.

Kondisi dalam Benteng yang sudah berubah fungsi dan juga bangunannya, sudah nampak tak terawat lagi dan merusak stuktur bangunan benteng yang dulunya sebagai pusat pertahanan.

Kondisi salah satu penjara yang ada di dalam area benteng yang tertutup semak belukar.

Kondisi ruangan penjara yang hanya berukuran 1.5 meter X 1 meter.
Pintu keluar yang ada di sisi utara benteng, juga jalan masuk menuju Kandang Sapi milik dinas Peternakan Propinsi.

rekonstruksi bangunan benteng "Fort Soemenep" menurut kondisi saat ini.

Ca-kanca Komunitas Songennep Tempo Doeloe di depan Benteng "Fort Soemenep" di Desa Kalimo'ok, Kecamatan Kalianget.

Catatan:
- Jika TreTans ingin lebih mengetahui lebih jauh tentang sejarah Sumenep atau bergabung dengan Tim SEPOELOE (Songennep Tempoe Doeloe) dalam menguak Sejarah yang ada di Kabupaten Sumenep, silahkan bergabung di link Fanspage SEPOELOE.
- Terima Kasih kepada Tim SEPOELOE yang ikut berkonstribusi untuk web PulauMadura.com (Berbagi Seputar Pulau Madura) semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Serial Puisi Madura (Bagian V) - MON DHIKA LAKAR BINTANG

$
0
0
Serial Puisi Madura (Bagian V)
MON DHIKA LAKAR BINTANG
(Sè Ngangghit : Adrian Pawitra)




Napè sè èkasanḍhâng bulâ, bulâ kettèr ngandhikanè
Tang atè talka, dhina.. sè bâḍâ èkaoḍi’ân bulâ dhâddhi sè sanyatana.
Ḍâ’ ka tarèsna sè èsto, dhâddhi marghâ tor alasân
Mata bulâ prappa’na ngatèngal, kaangghuy nyarè tarèsna èḍâlem atèna dhika.

Mon dhika lakar Bintang, sè aghibââ cajâ ka ḍâlem kaoḍi’ân sè kopong,
sè ta’ ghâmpang loslos, sè ta’ adhinaaghiâ bulâ,
Tarèsna nèko ta’ pas sèrnaa, nangèng mon dhika ghun coma mèmpè,
matèè dhilâ, saèngghâ bulâ ghun oḍi’ ḍâlem mèmpè.
namong pajjhâr ta’ dhâddhiâ bhujâr aengghun è bâ’dhibi’
saèngghâ bulâ bisa ngatrèsnanè dhika.

Ḍâ’ ka abâ’ dhibi’ sanèrbhâna jhâlân dhâddhi petteng, ngen-angen sè ta’ kacapo’a polè.
Nangèng samangkèn dhika èko’iyâ, bân bulâ ngangrasa terbi’ polè
bân amolaè kaoḍi’ân.
yâ... lakar Dhika.


TERJEMAHAN
Jika Kau Adalah Bintang

Apa yang terjadi padaku, aku takut untuk menceritakannya.
hatiku patah, biarkan apa yang ada dalam hidupku untuk menjadi kenyataan.
Untuk menjadi cinta sejati, menjadi penyebab dan alasan
mataku sedang melihat, untuk menemukan cinta dalam hatimu.

Jika kau adalah bintang, yang akan membawa cahaya ke dalam kehidupan yang hampa, yang tidak pernah lepas, yang tidak pernah meninggalkanku.
ini cinta tidak pernah hilang, tapi jika dirimu adalah mimpi, memadamkan pelita,
sehingga ku bisa hidup dalam mimpi, namun fajar tidak pernah berakhir tinggal
di dalam diriku, sehingga aku bisa mencintaimu.

Untuk diriku sendiri jalan semuanya gelap, impianku tak kan pernah tercapai
tapi sekarang kau di sini dan aku merasa terlahir kembali
dan memulai kehidupan, ya memang Dirimu.

Pencarian:
Puisi Bahasa Madura, Kumpulan Puisi Madura, Puisi Templates, Puisi Madura Pendidikan, Puisi Cinta berbahasa Madura, Artikel Puisi Madura, Sejarah Puisi dari Madura.

Serial Lagu Madura (bagian V) TONḌU’ MAJÂNG - DATANG DARI MENANGKAP IKAN

$
0
0
Serial Lagu Madura (bagian V)
TONḌU’ MAJÂNG - DATANG DARI MENANGKAP IKAN
(Sè Ngangghit : R. Amiruddin Tjitraprawira)




TONḌU’ MAJÂNG
(Bahasa Madura)

Ngapotè r’wa’ lajârrâ ètangalè, sè majâng tantona la paḍâ molè.
Mon tangghu ḍâri ambeddhâ jhâlânna, masè bânnya’a ongghu ollèna.
O... mon ajhelling oḍi’na orèng majângan,
Abhântal ombâ’ sapo’ angèn salanjhângan.
Rèng majâng bânnya’ ongghu bhâbhâjâna,
Kabhilâng alako bhânḍhâ nyabâna.



DATANG DARI MENANGKAP IKAN
(Bahasa Indonesia)

Itu layarnya tampak terlihat memutih, yang menangkap ikan tentunya sudah pulang semua
jika mengira dari cara berjalannya yang berat, barangkali sungguh banyak hasil yang diperoleh
Oh kalau melihat kehidupan para nelayan,
berbantal ombak berselimutkan angin selamanya.
Para nelayan sungguh banyak mara bahayanya
Bisa dikatakan bekerja bermodalkan nyawanya.


Keterangan :
Siapa yang tidak kenal lagu ini, sebuah lagu yang mewakili etnis Madura dalam ke-Bhinneka-Tunggal-Ika-an Nusantara, Lagu itu judul aslinya TONḌU’ MAJÂNG.

Banyak orang, baik dari suku Madura sendiri atau dari suku lain yang tidak paham dan mengerti akan kandungan falsafah yang ada dalam liriknya, bahkan banyak juga yang salah mengucapkan sehingga menimbulkan distorsi, menulis judulpun juga salah, ada yang menulis : Tandu’ Majeng, Tanduk Majeng, atau Tandhuk majeng dll, bahkan ada juga yang mencampur lagu ini (medley) dengan lagu OLLÈ OLLANG (pada bagian reffreinnya) sehingga semakin membingungkan.

Lagu ini diciptakan sekira tahun 1940-an oleh seorang pencipta lagu Madura Legendaris asal Bangkalan - Madura, yaitu Bpk. R. Amiruddin Tjitraprawira dengan nama samaran Bpk. Atjit, lagu ini juga terhimpun dlm buku karangan beliau dalam buku “PAMERTÈ” yang diterbitkan Kem. Pendidikan, Pengembangan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1952.

Arti kata TONḌU’ (dalam Practisch Nederlands-Madurees WOORDENBOEK, P. Penninga-H.Hendriks, th 1913 dan Kamus Lengkap Bahasa Madura-Indonesia, Adrian Pawitra, th 2009) adalah : tiba/datang (sudah kelihatan datang (tiba) dari laut, tapi belum mencapai garis pantai ; hampir mendekati pantai yaitu perahu sebelum mendekati bibir pantai), sedangkan arti kata MAJÂNG adalah menangkap ikan (di laut), sedang untuk kata Orèng majâng/rèng majângan = Nelayan.


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Serial Lagu Madura (bagian VI) POTTRÈ MADHURÂ - PUTRI MADURA

$
0
0
Serial Lagu Madura (bagian VI)
POTTRÈ MADHURÂ - PUTRI MADURA
(Sè Ngangghit : N.N)


by: Handoko Kartika

POTTRÈ MADHURÂ
(Bahasa Madura)


Raddhin konèng pottrè Madhurâ, pajhâlânna nètèr kalènang
Èdheng-pandheng ta’ ambhusennè, palèmbâyyâ meltas panjhâlin
Alos ongghu tèngka ghulina, nanḍhâaghi tèngghi dhârâjhâddhâ
Aḍu... trètan, kapèncot atè, mon nangalè pottrè Madhurâ.



PUTRI MADURA
(Bahasa Indonesia)

Cantik dan kuning putri Madura, cara berjalannya gemulai seperti meniti bonang
Memandanginya tak pernah membosankan, ayunan tangannya seperti rotan melenting
Sungguh halus tingkah lakunya, menandakan derajatnya yang tinggi
Aduh teman, terpesona hati ini jika melihat putri Madura.


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Serial Lagu Madura (Bag. VII) NANG-KONANG BU’U’ - KUNANG-KUNANG DEDAK

$
0
0
Serial Lagu Madura (Bag. VII)
NANG-KONANG BU’U’
(Gubahan : Muhammad Irsyad)




NANG-KONANG BU’U’
(Bahasa Madura)


Dhujân nangès ropana, jhâ’ nyèksaan rèng towana, rèng bhâghus!
mara kanna’.. nyarè angèn. Maju’ nyarè Nang-konang, bânnya’ ongghu
mon èpèghâ’â, rèng bhâghus!. èbâlânna cara mèghâ’ :
“Nang-konang bu’u’, coḍhut nyarè gheḍḍhâng, na’-kana’ nyarè embu’
taghudhuk ka bâng-labâng, Nang-konang nyarapo’ ngaḍhirâp è kerrengngan,
na’-kana’ nyarè embu’ pas labu kapèlengngan”
Pas canḍhâk Nang-konangnga, los-ellos ghun ètanangnga.



KUNANG-KUNANG DEDAK
(Bahasa Indonesia)


Sering nangis rupanya, jangan menyusahkan orang tuanya, anak ganteng!
mari kesini.. mencari angin. Ayo mencari Kunang-kunang,
banyak nian kalau mau ditangkap, anak ganteng! akan kuajari cara menangkap :
“Kunang-kunang dedak, kelelawar mencari pisang, anak-anak mencari ibunya
kepalanya terantuk ke pintu, Kunang-kunang bertebaran berkilauan
di rerimbunan bambu, anak-anak mencari ibunya lalu terjatuh sampai pusing”
Lalu tangkap dengan tangan Kunang-kunangnya itu, elus-elus ditangannya saja.


Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.

Serial Falsafah Madura (Bagian I) - Oleh Adrian Pawitra

$
0
0
Serial Falsafah Orang Madura (Bagian I)




RAMPA’ NAONG, BÂRINGÈN KORONG, ADHUNGKET ROMAN

(Rindang Teduh, Beringin Kurung, Bertongkat Jerami)


Sebuah falsafah madura yang melukiskan pohon beringin yang rindang, yang berakar kuat, batang yang kokoh dengan rimbunnya daun yang membuat teduh. Falsafah kuno orang Madura ini mempunyai makna : “Sempana keberkatan dengan anak cucu dalam kemakmuran dan kesejahteraan sampai hari tua”, menggambarkan kehidupan orang Madura yang mendapatkan keberkahan, mendambakan hidup damai dalam keluarganya, membesarkan dan mencetak anak-anaknya untuk menjadi orang yang berhasil dalam pendidikan dan ekonomi, sehingga sempurnalah kehidupannya sampai menjelang akhir hayatnya.

Serial Falsafah Orang Madura (Bagian II) - Oleh Adrian Pawitra

$
0
0
Serial Falsafah Orang Madura (Bagian II)



KAR-KARKAR COLPÈ’ AJÂM

(Mengais-ngais seperti ayam mematuk)


Sebuah pandangan hidup orang Madura tentang etos kerja yang ulet dalam “Nyarè kasap” (mencari sesuap nasi), dengan penuh kesabaran dan bersusah payah mencari nafkah yang halal untuk menghidupi keluarganya, mungkin terlihat pekerjaan yang sepele, kasar dan menghinakan, namun selama pekerjaan itu halal dan diridhai oleh Allah SWT, orang Madura tidak akan malu dan sungkan meski yang dihasilkan tidak seberapa.

Mengenang Sejarah Buju' Batu Ampar Pamekasan

$
0
0
Mengenang Sejarah Buju' Batu Ampar Pamekasan

Di suatu desa di wilayah Bangkalan, tersebutlah seorang ulama bernama Sayyid Husein. Beliau mempunyai banyak pengikut karena ketinggian ilmunya. Selain akhlaknya yang berbudi luhur, beliau juga memiliki banyak karomah, karena kedekatannya dengan sang Khaliq.

Beliau sangat dihormati pengikutnya dan semua penduduk di sekitar Bangkalan. Namun bukan berarti beliau lepas dari orang yang benci, disebabkan iri hati akan kedudukan beliau di mata masyarakat saat itu. Hingga suatu hari salah seseorang dari mereka yang iri itu berniat mencelakai dan menghancurkan kedudukan Sayyid Husein. Orang itu merekayasa berita, bahwa Sayyid Husein bersama pengikutnya telah merencanakan pemberontakan dan ingin menggulingkan kekuasaan Raja Bangkalan.

Makam Buju' Ampar Pamekasan

Berita palsu ini akhirnya sampai ke telinga sang Raja. Mendengar berita itu Raja kalang-kabut dan tanpa pikir panjang mengutus panglima perang bersama sejumlah pasukan untuk menuju kediaman Sayyid Husein. Sayyid Husein yang saat itu sedang beristirahat langsung dikepung dan dibunuh secara kejam oleh tentara kerajaan, tanpa pikir panjang dan tanpa disertai bukti yang kuat. Sayyid yang tidak bersalah itu pun wafat seketika itu dan konon jenazahnya dimakamkan di perkampungan tersebut.

Selang beberapa hari dari wafatnya Sayyid Husein, Raja mendapat informasi yang sebenarnya, bahwa Sayyid Husein tidak bersalah. Ia menyesali keputusannya yang sama sekali tidak berdasar pada bukti-bukti kuat. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menebus kesalahan tersebut, hingga berinisiatif memberi gelar kepada Sayyid Husein dengan sebutan Bujuk Banyu Sangkah (Buyut Banyu Sangkah).

Sayyid Husein wafat dengan meninggalkan dua orang putra. Yang pertama bernama Abdul Manan dan yang kedua bernama Abdul Rohim. Sejak kejadian yang menimpa Sayyid Husein, Abdul Rohim lari ke Desa Bire (masih dalam kawasan Kabupaten Bangkalan), dan menetap disana sampai akhir hayat beliau. Dan akhirnya beliau terkenal sebagai Bujuk Bire (Buyut Bire).

Sementara Abdul Manan, pergi mengasingkan diri, menjauh dari kekuasaan Raja Bangkalan. Hari demi hari dilaluinya dengan sengsara dan penuh penderitaan, hingga akhirnya sampai di sebuah hutan lebat di tengah perbukitan wilayah Batu Ampar (Kabupaten Pamekasan). Di hutan inilah beliau bertapa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pertapaan ini beliau lakukan di bawah Pohon Kosambi selama 41 tahun, sebelum akhirnya ditemukan anak seorang perempuan yang sedang mencari kayu dihutan. Karena itulah beliau dijuluki Bujuk Kosambih.

Silsilah Auliya' Batu Ampar

Singkat cerita Abdul Manan dibawa ke rumahnya, dan menikah dengan putri sulung yang menderita penyakit kulit. Aneh, pada hari ke-41 pernikahan mereka, si sulung sembuh dari penyakitnya. Bahkan kulitnya bertambah putih bersih dan cantik jelita, hingga kecantikannya tersiar kemana-mana.

Dari pernikahan ini, beliau dikarunia dua orang putra; pertama bernama Taqihul Muqadam, dan yang kedua adalah Basyaniah. Setelah bertahun-tahun berdakwah, beliau wafat dan dimakamkan di Batu Ampar dan terkenal dengan julukan Bujuk Kosambi.

Basyaniyah (Bujuk Tompeng) putra kedua Abdul Manan, mempunyai kesamaan sikap dengan ayahandanya. Beliau senang bertapa dan menjauhkan diri dari pergaulan masyarakat. Dalam bertapa, Basyaniyah memilih tempat di sebuah bukit yang terkenal dengan nama Gunung Tompeng. Bukit ini terletak kurang lebih 500 meter arah barat daya Batu Ampar. Bujuk Tompeng wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Su’adi, dan dimakamkan di dekat makam ayahadanya.

Su'adi yang terkenal dengan sebutan Syekh Abu Syamsudin dan mendapat julukan Bujuk Latthong putra tunggal Bujuk Tompeng, tidak berbeda dengan perjalanan hidup ayah dan kakeknya. Dia senang bertapa, menyendiri dan berpindah-pindah tempat. Salah satu tempat pertapaan beliau adalah sebuah hutan di dekat kampung Aeng Nyono’. Di sebuah bukit di kampung Aeng Nyono’ yang menjadi tempat pertapaan Syekh Syamsudin, hingga saat ini dapat kita lihat kejadian alam yang aneh berupa sumber air yang mengalir ke atas Bukit Pertapaan. Konon Syekh Syamsudin menancapkan tongkatnya ke tanah sampai akhirnya keluar air deras dan mengalir ke atas bukit, untuk dipergunakan untuk wudlu. Atas kejadian inilah kampung Aeng Nyono’ diberi nama. Aeng Nyono' dalam Bahasa Madura berarti air yang mengalir ke atas.

Asal usul Buju’ Latthong yang disandangkan kepada beliau, ialah karena karamah beliau berupa keluarnya sinar dari dada beliau. Apabila sinar itu dilihat oleh orang yang berdosa dan belum bertaubat, maka orang tersebut akan pingsan atau tewas. Untuk menutupi karamah itu, beliau menutupi dadanya dengan latthong (celethong / kotoran sapi)

Kisah lain menyebutkan bahwa seorang yang berjuluk Bujuk Sarabe yang suka berbuat jahat berniat menghabisi beliau. Ketika akan membunuh Syekh Abu Syamsudin, saat Bujuk Sarabe dan anak buahnya mencabut senjata, mendadak senjata itu lenyap dan tinggal kerangkanya saja. Setelah mengaku kalah dan memohon agar senjatanya dikembalikan, Syekh Syamsudin menunjukkan letak senjata tersebut yang berada dalam Latthong.
Bujuk Latthong wafat dengan meninggalkan tiga orang putra, yaitu Syekh Husein, Syekh Lukman dan Syekh Syamsudin.
Beliau di makamkan di Batu Ampar.

Jalan Akses menuju Buju' Ampar Pamekasan
Syeikh Husein sebagaimana para pendahulunya, senang menjalani laku tirakat. Beliau ini terkenal akan kecerdasan pikirannya. Beliau hafal Kitab Ihya Ulumuddin Imam Ghozaly. Masa pertapaan Syeikh Husein tidak selama para pendahulunya. Akibat perkembangan zaman, tempat tinggal beliau dan daerah sekitar telah menjadi ramai oleh para pendatang. Beliau pun banyak bergaul dan mendidik masyarakat tentang agama. Syeikh Husein adalah keturunan terakhir Sayyid Husein yang mempunyai kegemaran bertapa dan menjalankan laku tirakat. Keturunan sesudahnya cenderung untuk merantau dan mencari guru untuk menuntut ilmu...!?!

nb:
Terima Kasih kepada Bapak. Hidrochin Sabaruddin atas kontribusinya, semoga bermanfaat untuk para pembaca..

Pencarian:
Makam batu ampar madura, sejarah batu ampar madura, Buju' Batu Ampar Pamekasan, Lokasi makam buju' batu ampar, asal usul pamekasan pulau madura.

Asta Sayyid Yusuf (Talango)

$
0
0
Asta Sayyid Yusuf (Talango)

Asta ini terletak di pulau / kecamatan Talango berjarak ± 14 km ke arah timur dari kota Sumenep dan menyeberang selat kecil dari Pelabuhan Kalianget ± 10 menit.

Sayyid Yusuf adalah seorang ulama yang berasal dari Arab yang ketika itu secara gaib jenazahnya terapung diliputi sinar melintas (Andaru / kemala) di depan perahu Sultan Abdurrahman yang akan melakukan perjalanan ke pulau Bali. Setelah didatangi tempat jatuhnya sinar tersebut, maka tampaklah sebuah gundukan tanah pekuburan yg kemudian Sultan bertafakur sejenak ditempat tsb. Tak lama kemudian di haribaan Sultan jatuh daun sokon (sukun) yang bertuliskan dengan jelas nama yg ada didalam kuburan tersebut yaitu Sayyid Yusuf al Hasani dari Mekkah.

Sultan Abdurrahman berniat memugar serta memperbaiki secara sempurna gundukan tanah pekuburan tersebut setelah datang dari Pulau Bali. Kala akan berangkat kemudian Sultan Abdurrahman menacapkan sebuah tongkat disekitarnya sebagai "Tatengnger". Setelah Sultan datang dari muhibah di Bali maka kuburan tersebut diperbaiki, konon tongkat yg ditancapkannya tumbuh menjadi pohon besar yg hidup sampai sekarang.



Nama beliau adalah Syeh Tajul Halwati Sayyid Syarief Yusuf AL hASANI bin Sayyid Ali bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Jarallah bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Muhammad Anqa bin Sayyid Abu Daiji bin Sayyid Atief bin Sayyid Muhammad. Sayyid Muhammad adalah keturunan yg 21 dari Sayyidina Hasan bin Sayyididina Ali Karamallahu Wajha. Makanya Sayyid Yusuf ini dikenal dg nama Sayyid Yusuf al Hasani.

Asta Sayyid Yusuf al Hasani tersebut sampai sekarang banyak dikunjungi peziarah dari Jawa Timur dan Jawa Barat, karena konon permohonan/doa mereka banyak dikabulkan oleh Allah SWT. Wallahu a’lam bissyawab.

nb:
Terima Kasih kepada Bapak Tadjul Arifin atas kontribusinya, semoga bermanfaat untuk para pembaca.

Ekspedisi Kuliner Rujak Khas Kecamatan Sepulu - Bangkalan - Madura

$
0
0
Ekspedisi Kuliner Rujak Khas Kec.Sepulu Madura

Kecamatan Sepulu Bangkalan merupakan salah satu kecamatan di Bangkalan yang pada waktu yang lalu sempat heboh dan terkenal di Indonesia dengan kabar muncul pulau baru di tengah laut sepulu. Sebuah pulau yang terbentuk dari karang yang belum pernah ada sebelumnya namun tiba-tiba saja muncul menjadi sebuah pulau. Akan tetapi, pada kesempatan kali ini kita akan membahas dari sisi lain kecamatan sepulu tersebut yaitu tentang kuliner kecamatan sepulu yang cukup terkenal bagi para masyarakat sekitar yaitu Rujak Pandi di Kecematan Sepulu.

Rujak yang kami maksud tersebut sungguh berbeda dari biasanya kebanyak rujak di Pulau Madura seperti layaknya rujak soto dll. Rujak kecamatan sepuluh tersebut adalah rujak asli dengan campuran bumbu yang ada seperti cabe dengan potongan ketimun, kerupuk, telur puyuh dll. Nah yang unik dari kuliner Madura khas kecamatan sepuluh tersebut adalah penyajianya. Para pembeli diberikan kebebasan untuk “ngrujak” dengan cara penjual rujak tersebut hanya memberikan “rujak khas” sepuluh tersebut sisanya para pembeli silahkan untuk meramu sendiri seperti mengupas ketimun , makan kerupuk, telur puyuh secara mandiri rasanya sepeti warung kita sendiri.

Tidak hanya itu, para pembeli juga harus mengingat habis berapakah ketimun, kerupuk dan makanan yang diambil pembeli sepenuhnya para pembeli dibebaskan untuk itu so kejujuran para pembeli juga sedang di uji.

Rasa rujak Kecamatan Sepuluh ini cukup khas dan ada yang bilang “ngangeni”. Pada ekspedisi di kecamatan sepuluh ini saya ditemani oleh beberapa teman diantaranya “ Anang Hidayat, Sari, Eka, Raden, yogi dan malik. Menikmati rasa khas rujak di kecamatan sepuluh tersebut sebenarnya diluar ekpektasi saya sebelumnya yang menganggap bahwa rujak kec.sepuluh tersebut seperti layaknya rujak-rujak yang ada di pulau Madura yakni rujak soto. Sehingga kami pun tidak sempat untuk sarapan terlebih dahulu pada siang itu, karena semangat berangkat menikmati rujak khas kecamatan sepuluh tersebut. Apabila anda ingin menikmati sensasi khas rujak di Kecamatan Sepuluh tersebut silahkan datang dan buktikan.

Berikut ini adalah dokumentasi tempat dan suasana ngerujak bareng di Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan :






PETA DIGITAL MENUJU KULINER RUJAK KHAS 
KECAMATAN SEPULU KAB. BANGKALAN
DARI ARAH SURAMADU

Klik Disini

Pencarian:
Kuliner Khas Sepulu, Fenomena alam Sepulu, Rujak Khas Bangkalan Madura, Rujak Pandi di Sepulu, Ekspedisi Kuliner Madura, Harga Rujak Petis Madura.

Serial Puisi Madura (Bagian VI) - Ḍu.... kerrong arèya nyèksa ka abâ’....!!

$
0
0
Serial Puisi Madura (Bagian VI)
Ḍu.... kerrong arèya nyèksa ka abâ’....!!
(Sè ngangghit : Ajeng Vienyard)



Bulâ ajhumbu’i ebbhun bângennan, bân bulâ matalabuyaghi
Bulâ torodhi taghibâ angèn jhâu ngarbâng
Sopajâ taanga’aghi bi’ sang mataarè lagghu
Sè cè’ saccana akancaè bulâ ḍâlem seppè
Makko bulâ tao jhâ’ seppè ghânèka bânnè kasèppèan

Bulâ alèmbâyaghi tèngka’, asalo’so’è lampat sè tadhingghâl
Akadhi bâkto bulâ so dhika ghi’ apolong, bâkto ghânèka, ḍu Kaka’..
Anapè sanèyap bulâ paksa kaangghuy ngèjhâ, andhâddhiaghi sèksa
Sanajjhân peddhi, peddhi bân lessoh.. bulâ pagghun arangka’
Sopajâ ta’ ghâgghâr abhuḍhâk celloddhâ bângennan sè tapongkor

Saompama ebbhun rowa bi’ bulâ kennèng èpadhâddhi ghâmbârrâ robâna dhika
Mè’ pola bhâi kerrong ta’ aserroa saseḍḍhi rèya è atè bulâ
Acerrèng ra! sè lantè, sopajâ sowarana dhika takèḍing palasdhâ
Sopajâ bulâ bisa nemmo lampat padhâna dhika, ḍu Kaka’..
Bân bulâ asè’èraghiâ bhâb pajhâlânanna tarèsna dhika bân bulâ

Mon ḍâgghi’ sè’-rèsè’na ojhân pon la ambu, bulâ terro ngajhâgghâ dhika
Arassaè ḍâng-anḍâng sè alap-kellèp è bâng-abâng
Kalabân bârnana sè apa-ropa..
Manyènadhi cajâ ngareḍḍhâp sè ngapèncotè atè bulâ bân dhika
Ḍu.... segghut sè’èrra bulâ neng-ngenneng ta’ pa oca’ sè ama’na
Ropana bâḍâ sè arontoan ḍâlem bhâsa sè terro bulâ krèna.


 
TERJEMAHAN
Aachh.....rindu ini menyiksaku..!!
28 Agustus 2013 pukul 16:01

Aku jumputi embun kenangan dan kuhamburkan
Kubiarkan terbawa pawana jauh melayang
Agar terhangatkan oleh sang mentari pagi
Yang sangat setia menemaniku dalam sepi
Meski kutahu bahwa sepi bukan berarti kesepian

Ku ayunkan langkah, menelusuri jejak yang tertinggal
Seperti saat aku masih bersamamu waktu itu, kekasih...
Mengapa setiap kupaksa untuk mengeja, menjadi siksa
Walau pedih, perih dan letih...aku tetap merangkak
Agar tak terjatuh dalam kubangan kenangan silam

Seumpama embun itu dapat kucipta menjadi lukisan wajahmu
Mungkin saja rindu tak akan meratap sesedih ini di hatiku
Berteriaklah yang lantang, agar terdengar jelas suaramu
Supaya aku dapat menemukan jejak kakimu, kekasih...
Dan akan aku puisikan tentang perjalanan cinta kita

Jika nanti rinai hujan telah reda, ingin kuajak dikau
Menikmati pelangi yang berpendar diangkasa....
Dengan warnanya yang beraneka rupa...
Memancarkan kemilau yang mempesona hati kita
Aacchh...berulang kali puisiku diam tanpa kata bermakna
Rupanya ada yang gugur dalam bahasa yang ingin ku reka


nb:
Terima Kasih kepada Bapak Adrian Pawitra atas Kontribusinya, semoga bermanfaat bagi pembaca..

Pencarian:
Puisi Bahasa Madura, Kumpulan Puisi Madura, Puisi Templates, Puisi Madura Pendidikan, Puisi Cinta berbahasa Madura, Artikel Puisi Madura, Sejarah Puisi dari Madura.

Serial Lagu Madura (Bagian VIII) - AÈNG TANCA’ TOROWAN

$
0
0
Serial Lagu Madura (Bagian VII)
AÈNG TANCA’ TOROWAN
(Sè Ngangghit : R. Amiruddin Tjitraprawira)




AÈNG TANCA’ TOROWAN
(Bahasa Madura)


Rèng raddhin pojhâân, soddhiâ dhika kalowar, anga-bhunga è tèra’ bulân
Sambi ngabâs aèng tanca’ è Torowan.
Ḍu... sèra sè ta’ lèburrâ, nangalè aèng ngabhiru
Ḍu... sèra sè ta’ ghiyârâ, nangalè kennengngan teḍḍhu
Aèngnga kanṭa asorak, tanca’na ghâgghâr apèyak

Torowan, Torowan, Torowan, Torowan
Ngabhiru tasè’ ḍâjâna, maperna saghubhengnganna
Torowan, Torowan, Torowan, Torowan



AIR TERJUN TOROAN
(Bahasa Indonesia)

Wanita cantik pujaan, sudikah dirimu keluar bersenang-senang saat terang bulan,
Sambil melihat air terjun Torowan,
Oh siapa yang tak kan tertarik melihat air membiru
Oh siapa yang tak kan senang melihat tempat yang teduh
Airnya seperti bersorak, cucurannya jatuh bercerai berai

Torowan, Torowan, Torowan, Torowan
Membiru laut disebelah utaranya, memperindah sekitarnya
Torowan, Torowan, Torowan, Torowan

Keterangan:
Photo : Air Terjun Torowan, Sampang - Madura

Pencarian:
Lagu Madura, Lirik Lagu Madura Terbaru mp3, Lagu Youtube Madura, Theme Song Bunga Melati, Download Lagu Madura Gratis, Lagu Daerah reng madura.
Viewing all 333 articles
Browse latest View live